Malang (Antara) - Bulog Sub Divre Malang, Jawa Timur, hingga saat ini masih kesulitan menyerap beras petani setempat karena harus berebut dengan tengkulak dan pedagang, serta petani enggan melepas hasil panennya pada Bulog. "Sebagian besar petani memilih menimbun gabahnya, ketika membutuhkan baru digiling sendiri dan berasnya dijual pada pedagang yang menjadi pelanggan tetapnya dan sebagian lagi untuk dikonsumsi sendiri," kata Kepala Bulog Sub Divre Malang, Arsyad, Jumat . Jadi, ia mengakui adanya kendala untuk menyerap beras maupun gabah hasil panen petani di Malang, khususnya Kabupaten Malang. Sebab, harga beli yang ditetapkan pemerintah (HPP) kalah bersaing dengan pedagang dan tengkulak. Harga pembelian pemerintah yang ditetapkan sebesar Rp7.300/kg untuk beras, Rp4.650/kg untuk gabah kering giling (GKG) dan Rp3.750/kg untuk gabah kering panen (GKP). "Kalau Bulog harus membeli hasil panen petani di atas harga pedagang atau tengkulak, tentu tidak bisa karena anggarannya sudah diplot dari pusat melalui HPP," ujarnya. Namun demikian, lanjutnya, bukan berarti target pengadaan beras Bulog tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari target pengadaan sebanyak 50 ribu ton pada tahun 2015, Bulog yakin akan terpenuhi, apalagi stok beras yang ada di sejumlah gudang Bulog saat ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama empat bulan ke depan. Kebutuhan beras yang didistribusi dari Bulog itu di antaranya adalah beras untuk warga miskin (raskin), beras untuk operasi pasar (OP), beras untuk tanggap darurat (bencana alam) serta untuk memenuhi kebutuhan pangan warga yang ada di rumah tahanan (rutan). Lebih lanjut, Arsyad mengakui untuk memenuhi target serapan atau pengadaan beras tersebut, Bulog Malang tidak mengandalkan dari petani di Malang, melainkan dari sejumlah daerah di Jatim, seperti Jombang, Lamongan, Bojonegoro, Pasuruan, Ponorogo, Ngawi serta daerah perbatasan Jatim dan Jateng. Selain itu, lanjutnya, juga dari petani atau kelompok tani yang bermitra dengan Bulog. Pada April lalu serapan beras petani mencapai 6 ribu ton dan Mei ini diperkirakan mampu menyerap 15-20 ribu ton karena ada panen di sejumlah daerah pemasok. "Hasil panen (beras) petani di Kabupaten Malang ini kualitasnya memang lebih bagus dari daerah lainnya di Jatim, baik bulir padi atau berasnya maupun rasanya. Oleh karena itu, kalau harganya dipatok lebih tinggi dan banyak yang untuk konsumsi sendiri, ya wajar saja," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015