Surabaya (Antara Jatim) - Pakar kesehatan dari Klinik Center Urogyn (Uroginekologi Rekonstruksi) Rumah Sakit Husada Utama, Surabaya, Jawa Timur, dr Eighty Mardiyan, SpOG (K) menyatakan, jangan meremehkan penyakit rahim turun pada perempuan yang telah melahirkan. "Meskipun penyakit ini tidak mengancam nyawa, tetapi penyakit ini akan menurunkan kualitas hidup seseorang yang menderita penyakit ini," katanya, saat ditemui di Surabaya, Sabtu. Ia mengemukakan, saat ini jumlah penderita penyakit rahim turun memang terus mengalami peningkatan menyusul banyaknya kesadaran masyarakat akan penyakit ini. "Jika dulu, sekitar tahun 2008 kami hanya menangani penyakit ini sekitar 30 kasus operasi setiap tahunnya. Namun sekarang ini, kami menangani sekitar tiga sampai dengan empat orang setiap pekannya," ucapnya. Ia mengatakan, tingginya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan penyakit ini merupakan salah satu indikator meningkatkan jumlah penyakit ini. "Dulu memang orang menganggap biasa penyakit rahim turun atau turun peranakan ini. Namun sebenarnya, penyakit ini bisa disembuhkan jika ditangani dengan serius dan salah satunya dengan cara operasi," tukasnya. Salah satu indikasi penyakit ini adalah teraba ada benjolan di liang kemaluan, terasa pegal di daerah belakang atau punggung, susah berjalan, perdarahan di kemaluan, inkontinensia urin (gangguan berkemih), gangguan buang air besar, gangguan bersenggama. "Dan kebanyakan gangguan yang dialami ini akan membaik jika seseorang tersebut dalam posisi berbaring," ujarnya. Bahkan, menurut dia, jika lebih parah, penyakit tersebut telah keluar dari vagina dan seseorang dapat merasakan nyeri serta kadang disertai pendarahan saat penyakit tersebut bersentuhan dengan celana dalam. "Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit turun rahim ini. Semakin banyak kehamilan dan persalinan yang anda alami, semakin besar kemungkinan anda mengalami penyakit ini," paparnya. Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, terutama pada perempuan yang memiliki faktor risiko. "Bahkan setelah operasi untuk memperbaiki penyakit tersebut, satu dari tiga perempuan akan mengalami penyakit tersebut kembali," tukasnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015