Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana menandatangani Memorandum of Undurstanding (MoU) dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) terkait megaproyek angkutan massal cepat (AMC) berupa trem pada akhir bulan ini. Sekretaris Kota (Sekkota) Surabaya Hendro Gunawan, di Surabaya, Selasa, mengatakan salah satu bunyi MoU, PT KAI bertanggung jawab penuh atas proyek dan anggaran dana yang menelan anggaran sebesar Rp2,2 triliun tersebut dan Pemkot Surabaya akan mempermudah segala macam perizinan. "Semua sudah siap. Dalam seminggu ini kami akan memfinalisasi MoU sebelum itu ditandatangani. Bu Risma (wali kota Surabaya, Tri Rismaharini) juga sudah bertemu dengan Menteri Perhubungan (Ignasius Jonan) untuk mematangkan proyek ini," katanya. Setelah Mou diteken, lanjut Hendro, pihaknya bersama dengan PT KAI akan membahas tentang subsidi. Ini terkait dengan besaran subsidi yang nanti akan dikeluarkan Pemkot. Sebab, lanjut dia, sedapat mungkin tarif naik trem ini harus terjangkau masyarakat. Dari perhitungan yang dilakukan antara Pemkot dengan PT KAI, tarif untuk naik trem antara Rp9.000 hingga Rp10.000/orang. Namun, lanjut dia, nantinya pengguna trem ini hanya dikenakan biaya Rp3.000. Kemudian untuk yang Rp7.000, sekitar Rp4.000 akan disubsidi pemkot dan Rp3.000 diambil dari perolehan iklan. "Konsep subsidi ini yang akan kami bahas. Nanti akan disepakati berapa idealnya besaran subsidi," ujar Hendro. Jalur trem ini akan membentang sepanjang sekitar 17 kilometer (km). Titik dari selatan akan dimulai dari Wonokromo-Kebun Binatang Surabaya (KBS)-Jalan Pandegiling-Embong Malang-Kedungdoro-Pasar Blauran-Pasar Turi dan menuju Surabaya utara yakni di Jalan Indrapura, memutar ke arah Jalan Rajawali-Jembatan Merah-Tugu Pahlawan- Jalan Tunjungan-Jalan Panglima Sudirman dan kembali lagi menuju Wonokromo. Trem ini memiliki 29 titik pemberhentian. Jarak tiap halte antara 1,5 km -2 km. Trem berisi dua gembong dengan kemampuan muat sebanyak 200 orang. Gerbong trem akan didatangkan dari luar negeri. Untuk bahan bakar akan menggunakan teknologi batere dengan kecepatan rata-rata 30 km/jam. "Kami juga akan mengintegrasikan trem ini dengan Stasiun Wonokromo di selatan dan Stasiun Pasar Turi di utara. Ini untuk mengurai kemacetan," kata Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Agus Sonhaji. Agus mengatakan dengan adanya intregasi trem dengan stasiun ini, diharapkan warga Sidoarjo dan Mojokerto, Gresik dan Lamongan bisa masuk ke Surabaya tanpa mengendarai mobil. Mereka bisa masuk lewat stasiun sebelum nanti naik trem menuju pusat kota. Jika warga ke pusat kota naik trem, maka beban jalan akan sedikit terkurangi sehingga kemacetan lalu lintas bisa teratasi. "Untuk mendukung proyek trem ini, kami juga akan membangun park and ride (tempat khusus parkir). Jadi, sebelum naik trem, warga bisa memarkir kendaraannya disini (park and ride)," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015