Malang (Antara Jatim) - Mantan Mendikbud Mohammad Nuh membantah Kurikulum 2013 (K13) mengajarkan radikalisme, karena kurikulum itu justru mengajarkan toleransi dengan pendekatan baru. "Bahkan, ada bab khusus toleransi yakni Bab XI, sedangkan bab-bab lain juga ada contoh-contoh tentang toleransi. Kalau K13 mengajarkan radikalisme, tentu sejak dulu sudah ketahuan," katanya di UIN Malang, Minggu. Di sela seminar "Pendidikan Multikulturalisme untuk Menyikapi Krisis Identitas Kebangsaan" di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, ia mengakui K13 memang ada materi tentang sejarah aliran Islam. "Di antara aliran-aliran Islam itu disebutkan adanya aliran Wahabi yang dikembangkan Muhamad bin Abdul Wahab. Pada halaman 169, Wahabi menilai non-Muslim itu musyrik dan wajib dibunuh, tapi itu pendapat Wahabi dan pendapat itu pun tidak dirinci. Aliran lain juga disebutkan," katanya. Secara umum, buku K13 justru memberi contoh-contoh tentang toleransi, di antaranya Sayyidina Ali yang terlambat shalat ada orang tua non-Muslim yang berjalan lambat di depannya. "Itu toleransi, bahkan buku K13 ada bab khusus pada Bab XI," katanya di sela seminar yang diadakan Keluarga Besar Mahasiswa Bidikmisi (KBMB) UIN Malang dan menampilkan mantan Rektor UIN Malang Prof Imam Suprayogo. Menurut Nuh yang disebut "Bapak Bidikmisi" oleh KBMB UIN Malang itu, buku yang mengajarkan radikalisme itu justru ada pada buku Pendidikan Agama Islam pada halaman 78 yang dikeluarkan tim MGMP PAI Kabupaten Jombang. "Itu sudah disebut media massa, tapi kenapa tuduhan diarahkan ke buku K13? Saya kira tuduhan itu punya target yakni menghapus kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial dalam K13 yang hanya akan disisakan pada Pendidikan Agama dan Kewarganegaraan," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015