Malang, (Antara Jatim) - Animals Indonesia and Centre for Orang Utan Protection (COP) mengemukakan perdagangan satwa liar saat ini sudah mulai marak di media sosial facebook, karena media sosial lebih mudah dan "aman" diakses oleh masyarakat.
"Pedagang dan pembeli satwa liar itu tidak perlu bertatap muka langsung dan biasanya penggemar satwa liar tersebut membentuk grup sendiri di facebook untuk kepentingan bisnis jual beli satwa dilindungi tersebut," kata juru kampanye Animals Indonesia, Elizabeth Laksmi disela-sela aksi damai di kawasan Balai Kota Malang, Selasa.
Selain facebook, lanjutnya, beberapa pedagang memiliki jaringan internasional untuk jual beli satwa liar yang diburu dari tanah Indonesia. Keberadaan media sosial, khususnya facebook, menjadi angin segar bagi para penjahat satwa karena transaksi jual beli satwa di media sosial lebih praktis dibanding di pasar terbuka.
Kondisi ini, katanya, sebagai bukti kuat bahwa facebook menjadi media yang membahayakan bagi satwa liar. Masyarakat harus menghentikan ini dengan tidak membeli satwa liar, paling tidak bisa memutus mata rantai perdagangan dari setiap pribadi yang melakukan.
Ia menjelaskan sepanjang 2012-2015, COP bersama aparat penegak hukum melakukan operasi dan mengamankan 28 jenis satwa dilindungi, di antaranya ada 65 ekor satwa, termasuk bayi Orang Utan yang dijual seharga Rp50 juta. "Banyak perdagangan satwa liar yang menggunakan facebook sebagai media jual beli dan kondisi merupakan kejahatan yang serius," ujarnya.
Oleh karena itu, Animals Indonesia and COP mendesak aparat penegak hukum bersikap tegas dalam menindaklanjuti kasus tersebut, meski pemberantasannya masih cukup sulit. "Operasi penegak hukum terhadap perdagangan satwa liar melalui facebook masih sulit diberantas karena facebook belum menerapkan 'security system' untuk kejahatan tersebut," tegasnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015