Malang (Antara Jatim) - Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, menjalin bekerja sama dengan PT Biofarma untuk memproduksi secara massal "Kit Diagnostik GAD65 Diabetes" yang sudah dikembangkan sejak 2012 dan diluncurkan produknya pada tahun lalu. "Tahun ini kami menggandeng PT Biofarma untuk melakukan pengembangan dan produksi massal, setelah dilakukan peluncuran prototipenya dan terus disempurnakan agar lebih stabil," kata Direktur Biosains UB Prof Dr Fatchiyah, usai penandatanganan naskah kerja sama dengan PT Biofarma di Malang, Jumat. Fatchiyah menjelaskan, produk ini siap untuk di produksi massal dan dipasarkan, namun dalam satu tahun ini Biosains masih melakukan pengujian lebih dalam agar produknya semakin siap dan sempurna. Apalagi, produk Kit Diagnostik GAD65 Diabetes itu tidak hanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan nasional saja, tetapi juga internasional. Ia mengakui dirinya tidak hanya berfikir sektoral, melainkan secara nasional dan internasional. Sebab, diabetes merupakan salah satu penyakit yang menjadi "momok" setiap orang karena mematikan. Kit Diagnostik GAD65 Diabetes, merupakan salah satu produk Laboratorium Biosains UB yang dikerjasamakan dengan PT Biofarma Bandung. Produk ini, merupakan alat untuk mendeteksi penyakit diabetes secara dini untuk pasien "DM Tipe 1" berbasis "Reverse flow Immunochromatoghraphy" atau "Rapid Test Autoimmunue Marker autoantibodi GAD65". Hasil riset tim dari Fakultas MIPA dan Biologi serta Kimia UB ini memang sedang dikembangkan untuk produksi secara massal. Produk ini merupakan salah satu dari 2 proyek penelitian lanjut dengan PT Biofarma yang dimulai sejak 1,5 tahun lalu. Fatchiyah menjelaskan bentuk Kit Diagnostik GAD65 yang sederhana menjadikan cara pemakaian yang sederhana pula. "Mirip alat tes kehamilan, dokter cukup memasukkan satu tetes darah pasiennya ke dalam kertas, kemudian kertas itu diberi tetesan cairan buffer dan tetesan cairan khusus dan hasil diagnosa berupa positif dan negatif diabetes pun akan muncul," ujarnya. Sementara itu Direktur Perencanaan dan Pengembangan Biofarma, Sugeng Raharso, mengatakan Biosains merupakan salah satu unit usaha akademik untuk terus melakukan penelitian, dimana hasil riset itu nantinya diindustrikan. "Kalau perguruan tinggi, larinya ya ke riset dan dari riset yang dipatenkan itulah akademisi mendapat royalti," tegasnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015