Malang (Antara Jatim) - Pakar transportasi Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, Prof Dr Harnen Sulistio, menegaskan wilayah Malang raya membutuhkan jalan lingkar (ringroad) bukan jembatan layang (flyover).
"Gagasan agar pemerintah di Malang raya untuk membangun jalan lingkar, yakni barat dan timur ini sudah sekitar 20 tahun lalu, namun sampai sekarang belum juga terwujud, bahkan tetap saja membangun jembatan layang untuk mengatasi kemacetan di wilayah itu," tegas Harnen di Malang, Rabu.
Guru besar Fakultas Teknik UB itu mengatakan hal itu usai menjadi pembicara dalam Diskusi Panel Pengembangan Ekonomi dan Transportasi di wilayah Malang Raya kerja sama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang denga Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang raya.
Dengan membangun jalan lingkar barat dan timur tersebut, katanya, kendaraan besar, truk dan bus tidak lagi masuk wilayah perkotaan, tetapi melewati jalan lingkar jika akan menuju Kabupaten Malang. Dengan demikian, bisa menghambat usia sejumlah jembatan kuno yang ada di wilayah Kota Malang, sebab ada beberapa jembatan yang kondisinya mulai mengkhawatirkan jika tidak diatur arus lalu lintasnya.
Ia mencontohkan Jembatan Embong Brantas Kota Malang yang lalu lintas hariannya cukup tinggi dan dilalui kendaraan besar, baik dari Kabupaten yang akan menuju Kota Malang atau sebaliknya. Padahal, kalau jembatan itu rusak, pasti perkekonomian di wilayah Malang raya akan mati karena jembatan itu menjadi salah satu nadi dan akses vital.
Oleh karenanya, jembatan layang yang dibangun di beberapa lokasi itu kurang efektif karena tidak mampu mengurai kemacetan, bahkan arus kendaraan yang melintasi jembatan layang semakin padat dan tidak jarang macet total karena titik tumpunya tetap akan jatuh di tengah kota.
Menurut dia, ringroad wilayah barat bisa mulai dari Jalan Soekarno-Hatta menuju Karangploso lewat Jalan Panggung dan langsung tembus Pendem, Kota Batu. Sedangkan ringroad wilayah timur, bisa dimulai dari kawasan Kedungkandang, dilanjutkan hingga Pakis, Blimbing, Arjosari dan tembus di Karanglo, Karangploso hingga Pendem.
Selain ringroad, katanya, ke depan harus ada transportasi massal seperti busway dengan rute Lawang (Kabuapten Malang), wilayah Kota Malang dan Kepanjen (Kabupaten Malang) serta rute Lawang-Kota Malang-Kota Batu. Kebijakan transportasi massal tersebut juga sudah digagas sejak beberapa tahun lalu, tetapi namanya bus transmaya (transportasi Malang raya).
Hanya saja, katanya, gagasan tersebut juga tidak terealisasi sampai detik ini. "Alasannya, untuk wilayah Kabupaten malang dan Kota Batu bisa dilakukan, namun di Kota Malang tidak bisa karena jalan utamanya sempit," ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Harnen, banyak gagasan untuk mengurai kemacetan arus lalu lintas di wilayah Malang raya ini, tapi tak satupun yang terwujud, hanya jembatan layang dibeberapa titik saja. "Mulai dari ringroad, monorel hingga bus transmaya,' katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015