Malang (Antara Jatim) - Sejumlah mahasiswa yang mengikuti Program Afirmasi dari berbagai daerah Indonesia di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, terpaksa di-"drop out" (DO) karena tidak memenuhi persyaratan capaian indeks prestasi (IP). Wakil Rektor I UB Prof Dr Bambang Suharto di Malang, Senin, mengakui banyak mahasiswa program afirmasi yang sebagian besar dari kawasan Indonesia timur itu terpaksa di-DO sebelum lulus karena indeks prestasinya kurang dari ketentuan minimal, yakni dua. "Saya pernah mengusulkan agar para calon mahasiswa afirmasi ini ketika naik kelas XII (3 SMA) sebaiknya langsung dikirim ke daerah yang menjadi tujuan kuliah dan meneruskan pendidikan SMA-nya di kota bersangkutan agar bisa mengikuti pelajaran serta menyesuaikan dengan iklim pendidikan di lingkungan kampus yang bakal menjadi tujuan kuliahnya," kata Bambang. Menurut dia, begitu siswa-siswi SMA yang akan mengikuti program afirmasi harus mengikuti matrikulasi ketika naik kelas XII, mereka dipindah ke SMA-SMA yang mendekati perguruan tinggi tujuan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dan meningkatkan kualitasnya. Sebab, lanjutnya, kemampuan rata-rata mereka cukup memprihatinkan, sehingga harus ada terobosan yang mampu mengangkat kemampuan mereka ketika sudah duduk di perguruan tinggi. Memang, lanjutnya, sebelum mengikuti program afirmasi Dikti tersebut, siswa harus melalui sejumlah tes (penyaringan), namun hasilnya tetap saja, sehingga yang dikirim ke sejumlah perguruan tinggi yang menerima mahasiswa afirmasi juga seperti itu. "Bukan kami diskriminasi, justru kami mengusulkan matrikulasi itu untuk memperbaiki kemampuan mereka agar kelak atau setelah lulus kuliah tidak menemui kesulitan beradaptasi dalam dunia kerja, bahkan mampu bersaing dengan lulusan lainnya," tandas Bambang. Hanya saja, lanjut Bambang, usulan tersebut belum direspon optimal Kemendikbud karena terkendala pendanaan, sehingga seleksi mahasiaswa program afirmasi seperti sebelum-sebelumnya. Padahal, kalau mereka bisa mengikuti pelajaran di SMA di sekitar kampus tujuan, pasti hasilnya akan lebih baik dan mereka yang di DO bisa diminimalisasi. Ia mengakui tidak mampunya mereka memenuhi standar nilai atau indeks prestasi itu bukan karena mereka tidak mampu, tetapi lebih banyak disebabkan kebiasaan dan budaya mereka, sehingga mereka tertinggal jauh dengan mahasiswa lain. "Sebenarnya mereka mampu mengikuti perkuliahan, namun karena mereka jarang masuk dan budaya 'istirahat' cukup panjang, mereka menjadi tertinggal dan akhirnya berdampak pada nilai," ujarnya. Mahasiswa program afirmasi yang diterima di UB pada tahun 2012 sebanyak 79 mahasiswa, tahun 2013 sebanyak 100 orang dan 2014 sebanyak 16 prang dan tahun 2015 masih belum ditentukan kuotanya.

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015