Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Dr KH Kholil Nafis Lc MA mengingatkan bahwa aliran Wahabi, Syiah, dan aliran radikal lainnya bisa menghancurkan NU sebagai aliran moderat pada 2030. "Mereka punya uang dan menargetkan NU akan habis pada 2030, karena kelompok Syiah saat ini sudah memiliki 61 organisasi di Jawa dan 23 organisasi di luar Jawa," katanya dalam seminar yang diadakan Aswaja Center PWNU Jatim di Surabaya, Kamis. Di hadapan 200 lebih peserta seminar bertajuk "Menyikapi Konflik Sunni-Syiah dalam Bingkai NKRI" itu, dosen UI itu menjelaskan sebaran puluhan organisasi Syiah itu belum termasuk Wahabi dan kelompok radikal lainnya. "Tidak hanya itu, para aktivis Syiah dari berbagai organisasi itu pun sudah ada puluhan orang yang menjadi politisi Senayan lewat PAN, PDIP, dan sebagainya, sedangkan kelompok radikal lainnya sudah merasuki anak-anak muda NU," katanya. Bahkan, kelompok Syiah juga sudah membuat 25 saluran website/laman, lima saluran radio/TV, dan 33 lembaga penerbitan. "Karena itu, NU jangan diam saja," kata Sekretaris Program Studi Timur Tengah di UI itu. Dalam seminar yang juga pembicara lain, Prof Dr Mohammad Baharun SH MA (Ketua Komisi Hukum MUI Pusat), Habib Ahmad Zein al-Kaf (Ketua Al-Bayyinat Jatim), dan Prof Dr Musta'in Masyhud (Unair), ia menyarankan tiga strategi yang perlu dilakukan NU. "Ketiga strategi adalah budaya, kebijakan, dan inovasi. Budaya itu cara-cara yang santun, seperti pembinaan kepada masyarakat yang sudah tersesat menjadi Syiah, namun strategi kebudayaan itu bagus tapi lama prosesnya," katanya. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan strategi kebijakan dan inovasi. "Strategi kebijakan itu, misalnya, pernyataan tegas bahwa Syiah itu sesat melalui MUI atau perda (peraturan daerah). Untuk strategi inovasi adalah strategi rekayasa sosial yang meneladani cara-cara walisongo, tapi bukan lagi melalui budaya seperti tahlil, dibaan, tapi melalui inovasi, seperti laman/website khusus Aswaja, twitter, facebook, youtube, BBM, SMS, dan sebagainya. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014