Surabaya (Antara Jatim) - Dinas Perhubungan Kota Surabaya menilai kebocoran pendapatan jasa parkir di jalan umum di Kota Pahlawan diperkirakan mencapai 40 persen dari potensinya. Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Eddi, di Surabaya, Jumat, mengaku banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kebocoran, di antaranya akibat ulah jukir nakal. "Kami kesulitan untuk melakukan pengawasan di lapangan karena tempatnya terbuka. Apalagi jumlah area parkir di jalan umum sekitar 1.500 obyek," katanya. Menurut dia, pada tahun 2015 Dinas Perhubungan menargetkan perolehan retribusi jasa parkir Rp9 miliar. Ia mengaku untuk mencapainya tidak mudah. "Kebocoran kita akui ada, karena manusia yang atur. Di dalam gedung pun kadang alasannya listrik mati dan sebagainya," tegasnya. Selain perilaku jukir, lanjut dia, para pemilik kendaraan juga dinilai memiliki kontribusi tidak tercapainya potensi pendapatan jasa parkir. "Misalnya di Taman Bungkul, parkir berjam-jam tapi bayarnya kan gak beda dengan yang cuma parkir sebentar," katanya. Situasi tersebut menurutnya berbeda dengan kultur masyarakat di luar negeri. Mereka dinilai lebih disiplin dan jujur. "Di luar negeri, parkir dua jam, tekan tombolnya ya dua jam. Jika melebihi mereka tombol lagi," katanya. Untuk mengatasi persoalan kebocoran jasa parkir, menurut Eddy membutuhkan sistem elektronik dengan tarif progresif. Namun, ia mengakui untuk merealisasikan sistem itu membutuhkan investasi besar. "Solusi terbaik dengan elektronik, kita gunakan parkir progresif. Sehingga kalau parkir lama bayar bertambah," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014