Oleh Syaiful Hakim
Jakarta (Antara) - Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengungkapkan setelah zaman reformasi persoalan intelijen menjadi kacau balau, bahkan ada upaya untuk mengecilkan peran dan fungsi intelijen.
"Hampir sebagian kita tahu, hampir sebagian pejabat tahu, hampir sebagian masyarakat tahu dan merasakan, tetapi sebagian besar itu juga tak berbuat apa-apa dan hanya menikmati kondisi ini," katanya saat menjadi inspektur upacara pembukaan Sekolah Manajemen dan Analis Intelijen di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin.
Jenderal TNI berbintang empat ini mengemukakan dalam situasi seperti saat ini, bisanya sebagian besar masyarakat hanya memerikan komentar, mengeluh dan bahkan cenderung menyalahkan orang lain.
"Tapi tak ada upaya yang serius untuk menangani itu," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini.
Kondisi itu, lanjut Panglima TNI, sudah berlangsung lama, sehingga persoalan intelijen menjadi lemah dan tak berdaya.
Untuk mengembalikan Indonesia yang memiliki intelijen yang kuat bukan persoalan yang mudah, namun membutuhkan waktu relatif lama.
"Dulu kita punya tokoh dan master intelijen yang hebat dan diakui oleh dunia, seperti Benny Moerdani dan Hendropriyono. Namun ke arah sini belum ada lagi master intelijen Indonesia," tutur Panglima TNI.
Oleh karena itu, Panglima TNI menginginkan untuk memperkuat Badan Intelijen Strategis (Bais) dan jajaran intelijen di lingkungan TNI. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014