Jakarta, (Antara Jatim) - Titik api atau "hotspot" di wilayah Sumatera Selatan pada hari ini bertambah dibanding sepekan lalu, yakni dari 262 titik menjadi 344 titik, sesuai catatan satelit Terra dan Aqua yang dipantau oleh Badan Nasional Pusat Penanggulangan Benana (BNPB). Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Minggu mengatakan bertambahnya titik api itu karena adanya pembakaran hutan yang disengaja dengan alasan ekonomi, yakni pembakaran hutan secara sengaja dianggap lebih murah. Dikatakannya, dari total 344 titik api wilayah Sumatera Selatan, 320 titik terkonsentrasi di pusat atau lokasi kebakaran awal, yakni di wilayah kebakaran yang menyuplai asap ke Palembang hingga ke Jambi dan Riau. "Artinya 93 persen lokasi titik api saat ini berada di "OKI" atau wilayah yang banyak menyuplai asap ke Palembang, Jambi dan Riau pada 2 bulan terakhir," katanya. Akibatnya, jarak pandang di Palembang saat ini tercatat hanya 400 meter pada pukul 06.00 WIB dan 800 meter pada pukul 08.00 WIB. Sementara itu, titik api di wilayah Kalimantan Tengah hari ini tercatat mencapai 1.225 titik, Kalbar 203 titik, Kaltim 32 titik dan Lampung 20 titik. Untuk titik api di Kalteng tersebar di wilayah Kotawaringin Timur 276 titik, Seruyan 273 titik, Pulang Pisau 232 titik, Kotawaringin Barat 125 titik, Katingan 123 titik, ditambah beberapa daerah lainnya. "Untuk wilayah Kalimantan, 99 persen penyebabnya adalah disengaja, bahkan di hutan lindung pun juga dibakar, seperti di Taman Nasional Tanjung Putting Kalteng ada 1 titik api," katanya. Meski demikian, Sutopo mengaku pihaknya sedang berupaya memadaman terus menerus dengan kerja sama pemerintah daerah dan mengerahkan helikopter, pesawat dan modifikasi cuaca. "Untuk di Sumsel ada 4 pesawat dan helikopter untuk pemboman air yaitu Bolco, MI-8, Kamov, Sirkorsky dan Air Tractor, ditambah pesawat Casa 212 yang digunakan untuk modifikasi cuaca," katanya. Ia menjelaskan, total air yang sudah dijatuhkan untuk upaya pemadaman mencapai 24,4 juta liter, dan menebarkan 67 ton garam ke awan untuk modifikasi cuaca. Sutopo meminta agar penegak hukum bertindak tegas untuk memberikan efek jera, dan meminta agar pemerintah daerah dapat melakukan pencegahan sejak dini agar tidak berimbas ke negara tetangga.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014