Malang (Antara Jatim) - Sebanyak 25 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang berkolaborasi dengan 25 mahasiswa Politeknik Singapura dalam program Learning Express (LEx) menghasilkan teknologi baru berupa alat produksi budidaya cacing tanah. Menurut Ketua tim pembuat alat produksi dan budidaya cacing tanah, Joshua Woon, Sabtu, alat produksi cacing tanah itu bisa digunakan sebagai alat pemutar tanah, memberi makan cacing, serta mengarahkan cacing ke tempat tertentu dalam waktu yang hampir bersamaan. "Meski dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan, alat ini tidak mengotori tangan karena dapat bekerja secara otomatis. Teknologi ini cukup sederhana, bahkan tidak membutuhkan biaya tinggi dan cara penggunaanya pun mudah," ujarnya. Selain alat produksi budidaya cacing tanah, ke-50 mahasiswa dari dua perguruan tinggi itu juga menciptakan alat produksi kue kremes carang mas khas Kota Batu dan alat produksi pengelolaan sampah bekas kayu gergaji. Teknologi produk kue kremes carang mas sangat memudahkan produsen, mulai dari proses pengupasan ubi jalar hingga pengemasan produk. Ketua tim pencipta alat produksi kue kremes carang mas, Ng Liying Amanda, mengatakan sebenarnya produsen carang mas sudah bisa membuat kue kremes dengan rasa yang sangat lezat, namun dengan cara dan proses yang cukup panjang dan melelahkan, masa produksi yang lebih lama, dan sistem pemasaran yang masih sangat klasik. Oleh karena itu, kata Amanda, teknologi baru ini akan jauh lebih mudah sekaligus membuat pengelolaan makanan ini lebih maju, baik dari segi produksi maupun pemasaran. "Alat yang kami ciptakan ini bisa bekerja secara multitasking, sehingga dalam satu aktivitas pekerjaan bisa menyelesaikan beberapa tugas sekaligus," ujarnya. Selain itu, lanjut Amanda, produksi kue kremes carang mas ini juga ditambah inovasi toping beragam rasa dan warna agar lebih menarik perhatian pembeli. Sistem pemasaran produknya pun juga didesain sedemikian rupa, termasuk lewat media sosial media, baik facebook, twitter maupun instagram agar jangkauannya lebih luas. "Produsen juga kami ajari cara memasarkannya kewat berbagai media agar bisa menembus pasar global karena saya yakin produk makanan khas ini layak dipasarkan secara luas untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun global," tegasnya. Sementara Ketua rombongan LEx Politeknik Singapura Mr Soh Kim Fai, mengatakan LEx sengaja didesain agar dalam waktu singkat mahasiswa dapat belajar dari dunia nyata sekaligus memberi manfaat kongkrit bagi masyarakat setempat. "Hal ini selaras dengan motto LEx, yakni connecting, creating, and caring, dimana mahasiswa Singapura selain dapat terkoneksi dengan masyarakat Batu, juga sekaligus membuktikan rasa pedulinya dengan menciptakan teknologi baru yang bisa langsung dimanfaatkan untuk kepentingan produksi yang lebih efisien," ucapnya. Pembantu Rektor III UMM, Dr Diah Karmiyati berharap program LEx yang sudah berlangsung selama dua angkatan ini bisa menjadi contoh sukses kerja sama dua kampus lintas-negara, tidak hanya dari segi institusi, tapi juga dari segi kolaborasi mahasiswanya. "Ini tidak hanya menjadi kemitraan strategis karena melibatkan dua institusi, tapi juga kemitraan taktis karena 50 mahasiswa dari dua negara terbukti bisa saling bersinergi dalam waktu singkat dan menciptakan hal yang sangat kongkrit dan produktif," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014