Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah kalangan pengusaha makanan minuman di Jawa Timur siap menaikkan harga produknya sebesar 10 persen pada waktu dekat karena dipengaruhi meningkatnya harga elpiji 12 kilogram per 10 September lalu. "Kini pengusaha makanan minuman mengalami berbagai tantangan bisnis. Belum tuntas kebijakan pembatasan pemakaian BBM, kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) dan kini dihadapkan pada kenaikan harga elpiji 12 kilogram," kata Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Jawa Timur, Yapto Willy Sinatra di Surabaya, Senin. Ia menilai, besaran kenaikan harga itu masih dalam batas kewajaran. Revisi itu sekaligus guna menyesuaikan beban dan operasional untuk memproduksi berbagai produk makanan minuman. "Kami sadar kebijakan menaikkan harga akan berimbas transaksi penjualan. Bahkan bisa jadi omzet yang diterima para pelaku usaha akan menurun," ujarnya. Di sisi lain, jelas dia, kalangan pengusaha makanan minuman ingin tetap bertahan dan tidak mau mengalami kerugian. Untuk itu, mereka secara otomatis harus mengikuti menaikan hasil produknya. "Rencana kenaikan harga produk kami hitung dengan cermat supaya transaksi penjualan pada konsumen di lapangan tidak merasa dirugikan," katanya. Meski begitu, tambah dia, saat ini sudah tidak ada jalan lain bagi pengusaha untuk menekan beban produksi dan biaya operasional. Oleh karena itu, pihaknya berharap masyarakat sebagai konsumen menyadari. "Pada tahun lalu di Jatim ada sekitar 650 produsen makanan minuman. Dari angka itu, sekitar 10-15 produsen berskala besar dan sisanya skala menengah dan 70 persen skala kecil atau Usaha Kecil Menegah (UKM)," tuturnya. Walau ada kenaikan harga, harap dia, sekitar 650 produsen makanan minuman d Jatim tetap mempertahankan bisnisnya. Selain itu, terus berusaha meningkatkan kuantitas hasil produksinya. "Apalagi, pasar bebas melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) segera dimulai pada tahun depan," UCAPnya. Sebelumnya, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya, Jamhadi mengemukakan, sekarang kalangan pengusaha makanan minuman di Surabaya sudah terpengaruh kenaikan harga elpiji 12 kilogram. Revisi harga gas cair itu mengakibatkan kalangan rumah tangga mengeluh. "Kebijakan ini juga dialami pebisnis kuliner yang menggunakan elpiji 12 kilogram. Mereka berencana mengalihkan pemakaian gasnya ke tabung tiga kilogram," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014