Malang (Antara Jatim) - Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Prof Dr Kusworini Handono dan sejumlah rekannya melakukan penelitian untuk mengembangkan sebuah KIT yang mampu mendiagnosa dan uji klinis penyakit Lupus Erythematosus Systemic (LES) dengan biaya lebih murah.
"Dengan adanya KIT ini nanti diharapkan mahalnya biaya diagnosa LES bisa ditekan, bahkan bisa mengurangi kerumitan diagnosa klinis Lupus yang sering dialami para dokter karena minimnya literatur. Dan, mahalnya biaya tersebut karena prosedur identifiaksi harus berstandar internasional," kata Kusworini di Malang, Kamis.
Ia mengatakan ada tujuh kriteria klinik yang harus dipenuhi dengan mengacu standar internasional sebelum mendiagnosa seseorang terkena Lupus, di antaranya Lupus Kutaneus Akut, Lupus Kutaneus Kronik, Ginjal atau gejala Neurologi seperti kejang, psikosis atau mononeuritis. Diagnosa tersebut memerlukan tujuh kelainan atau tanda klinik.
Lebih lanjut, Kusworini, mengatakan yang melatarbelakangi penelitian mengembangkan KIT tersebut, selain karena mahalnya biaya diagnosa, juga disebabkan masih tingginya angka kematian ibu melahirkan akibat pendarahan yang sangat sulit diatasi karena LES.
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, angka kematian ibu melahirkan mencapai 359 orang per 100.000 kelahiran hidup atau sekitar 28 persen dari delapan faktor lainnya, seperti infeksi, abortur dan eklamsia. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN.
Penyakit LES ini terjadi karena adanya reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap sel atau jaringan. Kerusakan ini menyebabkan kerusakan imun, radang dan yang fatal adalah mengakibatkan pendarahan pada ibu yang melahirkan dan pendarahan yang berasal dari penyakit ini, sangat sulit diatasi, sehingga harus diwaspadai supaya pencegahan penyakit ini bisa dilakukan sedini mungkin.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014