Oleh Agustina Rachmawati Jakarta (Antara) - Lolos untuk kedua kalinya secara berturut-turut ke putaran final Piala Dunia mencerminkan kesuksesan besar tim nasional Yunani yang bertekad untuk tampil selangkah lebih jauh dari yang mereka lakukan di Afrika Selatan pada 2010 dan bisa maju melewati tahap grup. Yunani mencatat kemenangan perdana mereka dan mencetak gol pertama mereka di Piala Dunia empat tahun yang lalu setelah penampilan Piala Dunia mereka yang memalukan pada 1994, ketika mereka kalah di semua tiga pertandingan grup dengan kemasukan 10 gol tanpa balasan. Bagi pelatih Timnas Yunani Fernando Santos, yang akan meninggalkan tugasnya itu setelah Piala Dunia Brazil usai, target mereka sudah jelas. "Tujuan pertama Yunani adalah lolos dari tahap grup dan kemudian kami akan lihat lagi," ujar pelatih asal Portugal tersebut, yang juga memimpin tim itu meraih gelar juara Euro 2004 hingga masuk perempat final Euro 2012. "Kami tidak pergi ke Brazil untuk berlibur. Ini adalah penampilan ketiga kami di ajang Piala Dunia dan kami ingin berhasil mencapai ke tahap berikutnya untuk pertama kali," tuturnya. Timnas Yunani berada di Grup C bersama dengan Kolombia, Pantai Gading serta juara Asia Jepang. Tim Amerika Selatan dan tim Afrika itu secara fisik lebih kuat daripada Yunani, sementara Jepang dipandang sebagai lawan yang juga berbahaya. Namun, belum ada tim favorit dalam grup ini dan cap tim Yunani sebagai tim yang memiliki pertahanan sekuat batu, yang membuat mereka hanya kemasukan empat gol dalam 10 laga kualifikasi, sekali lagi akan diandalkan menjadi aset utama mereka. Tiga dari empat gol itu terjadi saat Yunani kalah 1-3 dari Bosnia, yang berarti Yunani hanya kemasukan satu gol dalam sembilan pertandingan lainnya di babak kualifikasi. Pemain depan Dimitris Salpingidis, yang mencetak empat gol di babak kualifikasi, termasuk satu gol dalam laga "playoff" melawan Romania, menegaskan, "Saat ini tujuan kami adalah mencapai babak 16 besar. Kami berada di satu grup yang sangat berimbang dengan tidak adanya tim favorit. Itu tidak akan mudah, tetapi kami dapat melakukannya." "Kami memiliki kualitas untuk mencetak gol di setiap kesempatan. Untuk bisa menang, anda harus mencetak banyak gol," tambahnya. Tetapi dengan hanya mencetak 12 gol dalam 10 laga kualifikasi mereka, satu gol lebih banyak dibanding Slowakia yang tertinggal 12 poin di bawah mereka, Yunani perlu meningkatkan pencapaian gol mereka. Banyak pihak di Timnas Yunani menggantungkan harapan kepada pemain penyerang Fulham Kostas Mitroglou yang saat ini tengah dalam masa pemulihan cedera lututnya setelah menampilkan performa indahnya dalam semua laga kualifikasi. Gol-gol yang diciptakannya kemungkinan bisa saja akan mengantarkan tim itu ke satu tempat di tahap selanjutnya atau hanya membawa tim itu pada persinggahan singkat di Brazil. Tetapi dia, seperti juga pemain lain di timnas tersebut, perlu memperbaiki dan meningkatkan diri karena dia mengalami hambatan besar menjelang turnamen bergengsi sepak bola dunia itu digelar. Akibat cedera yang dialaminya, Mitroglou baru bermain dua kali di liga bagi Fulham dan hingga 24 April lalu belum mencetak satu gol pun. Faktor pelatih Santos Putaran final Piala Dunia mendatang memberi kesempatan yang sangat tepat bagi Fernando Santos untuk mengakhiri masa baktinya selama empat-tahun sebagai pelatih Timnas Yunani. Pelatih berusia 59 tahun itu, yang mengambil alih tugas sebagai pelatih Yunani dari Otto Rehhagel pada 2010, telah berjasa mengantarkan Timnas Yunani ke sejumlah turnamen akbar, dengan antara lain membuka jalan mereka ke babak perempat final Euro 2012 dan sekarang penampilan kedua mereka secara beruntun di Piala Dunia. Santos sepakat untuk mengasuh timnas tersebut setelah melewati sejumlah musim menangani beberapa klub di Yunani, tempat dia sudah menjadi pelatih sejak 2001. Dia memilih untuk tidak memperbarui kontraknya dan diperkirakan akan kembali melatih klub sepak bola setelah turnamen bergengsi sepak bola dunia ini. "Federasi mendesak saya untuk member jawaban akhir (mengenai perpanjangan kontraknya) tetapi saya menolak tawaran itu," ujar Santos akhir Maret lalu. "Saya akan memanfaatkan waktu saya dan berpikir mengenai masa depan saya tanpa tekanan apa pun. Saya adalah seorang pelatih dan segala sesuatunya mungkin saja, untuk kembali ke Portugal atau Yunani, atau bahkan Tiongkok." Para penggemarnya di Yunani bakal kehilangan sosok diamnya namun sangat efektif dan seorang pria yang sangat dekat dengan para pemain, penggemar dan pejabat selain Rehhagel. Dengan keyakinan atas motonya "taktik dulu, kemampuan teknis kemudian", dia mengambil alih Timnas Yunani setelah tim itu tersingkir di tahap grup Piala Dunia tahun 2010 dan terus mempertahankan suatu kestabilan dan penampilan tingkat tinggi pada tim tersebut. Santos saat ini berpenampilan lebih tenang dibandingkan dengan dulu dan kendati dia tidak berbicara bahasa Yunani di depan umum, namun pendekatannya yang tidak pernah omong kosong dan berorientasi pada hasil, membuatnya menjadi sosok favorit masyarakat. Suatu penampilan yang apik di Brazil nanti akan semakin mendongkrak popularitasnya karena dia berencana untuk kembali melatih klub sepak bola.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014