Aden (Antara/AFP) - Sebuah bom menghantam satu kendaraan dan menewaskan lima warga sipil Kamis selama bentrokan antara pasukan Yaman dan terduga militan Al Qaida di wilayah selatan negara itu, kata beberapa saksi. Serangan itu terjadi di dekat Al-Saeed, markas Al Qaida di provinsi Shabwa, menghancurkan kendaraan itu dan menewaskan seluruh lima orang di dalamnya, kata mereka. Mereka mengidentifikasi korban sebagai anggota suku kuat Awaliq yang berada di Shabwa. Ulama Al Qaida kelahiran AS, Anwar al-Awlaqi, yang tewas dalam serangan udara AS pada September 2011, berasal dari suku tersebut. Seorang saksi mengatakan, "gema suara pemboman itu datang dari sebuah posisi militer", sementara saksi lain menyebutkan ada "kesalahan" yang dilakukan oleh pasukan. Satu sumber suku juga mengatakan, "militer bertanggung jawab atas penembakan mobil itu". Namun, seorang pejabat militer membantah tuduhan itu dan menyalahkan Al Qaida. "Unsur-unsur Al Qaida ingin menyerang kendaraan militer namun bom mereka menghantam mobil sipil," katanya kepada AFP. "Al Qaida dan sekutunya menyalahkan angkatan bersenjata untuk mengganggu ofensif" yang diluncurkan militer pada 29 April terhadap pangkalan-pangkalan kelompok militan di Shabwa dan provinsi berdekatan Abyan. Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh. Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai. Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi. Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014