Oleh Cindy Dinda Andani
Surabaya (Antara Jatim) - Pelukis asal Ubud, Bali, Elka Shri Arya, menggelar pameran lukisan dengan 59 karya lukis "acrylic" abstrak ekspresionis yang bertema "Triwikrama" di Galeri Seni "House of Sampoerna" (HoS) Surabaya pada 23 Mei-12 Juni mendatang.
"Triwikrama merupakan Bahasa Sansekerta yang berarti sebuah proses merasuknya kekuatan semesta yang membangkitkan kesadaran seseorang akan kemampuannya melakukan suatu tindakan atas dasar kebajikan atau 'pencerahan'," kata pelukis yang juga penari kontemporer dan aktor itu di Surabaya, Rabu.
Dalam pameran itu, Elka Shri tidak memberi judul pada setiap karyanya agar para pengunjung dapat menginterpretasikan sendiri maksud dari lukisan-lukisannya, sehingga semua kalangan dapat ikut menikmati.
"Saya sengaja tidak memberi judul untuk lukisan saya, karena dengan begitu para pengunjung dapat mengartikan sendiri maksud dari lukisan-lukisan ini. Jadi, tidak hanya yang tahu tentang dunia lukis, namun setiap kalangan dapat menikmatinya," katanya.
Dengan memberi judul pada lukisannya, kata pelukis yang berpameran untuk pertama kalinya di Surabaya itu, akan membuat imajinasi para pengunjung "tersekat" dengan hanya berpatok pada judul itu, padahal setiap orang berhak untuk berimajinasi.
Ia berpendapat sekarang banyak sekali pelukis yang hanya menjadi pengrajin lukisan, bukan senimannya, karena mereka membuat lukisan dengan tujuan untuk diperdagangkan.
"Pelukis sekarang kebanyakan hanya menjadi pengrajin lukisan, bukan senimannya. Mereka membuat lukisan untuk diperdagangkan, padahal lukisan itu hidup. Hasilnya, tentu akan beda antara pengrajin lukisan dan seniman lukisannya sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Kurator Seni Lukis Galeri Nasional Indonesia, Kuss Indarto, yang menghadiri pameran tersebut, mengatakan karya lukis Elka Shri Arya cenderung melawan jenis lukisan pelukis-pelukis Indonesia lainnya.
"Aspek kebentukan dalam karyanya lepas, tidak peduli dengan kriteria dan standar yang ditentukan, melawan kecenderungan pelukis-pelukis Indonesia lainnya. Karyanya tidak mendekati realism, tapi itu yang menjadi ciri khasnya," katanya.
Dari segi pewarnaan, lanjutnya, ada unsur-unsur seperti karya-karya Eropa, ia memakai warna-warna "halus" yang tidak mendekati warna-warna alam seperti pelukis Indonesia pada umumnya.
"Simbol kultur dan ornamen Jawa juga sangat kental dalam karyanya, seperti simbol Surya Majapahit, simbol kekuatan Majapahit ketika dapat menyatukan Nusantara. Juga ada ornamen-ornamen seperti dalam batik atau ukiran kayu Jepara," katanya. (*) (Foto Rosita Sahara)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014