Berbicara tentang penganan dari bahan baku daging yang dibentuk bola atau bakso, tentu penggemarnya takkan lekang oleh waktu mengingat ada berbagai olahan yang diramu khusus dan disajikan dengan beragam variasi guna menarik minat konsumen. Ada bakso daging, bakso ikan, bakso daging ayam, bakso udang, hingga bakso yang dimasak dengan cara dibakar. Di sisi lain, walau di sejumlah daerah sudah terlebih dulu mengenal bakso bakar sekarang di Nganjuk makanan tersebut sedang menjadi tren di kalangan anak muda Kota Angin. Untuk mencicipi kenikmatan Bakso Bakar sebagai Jajanan Cah (Anak, red) Nganjuk maka sejumlah pencinta kuliner cukup berkunjung ke Alun-alun Nganjuk. Dengan mengeluarkan Rp1.000, konsumen bisa mendapatkan satu tusuk Bakso Bakar di mana tiap tusuknya berisi empat buah bakso. Bagi mereka yang bosan bakso berbahan daging, bisa mencoba Tahu Pentol Bakar yang juga disajikan dengan ditusuk. Namun, saat memakan tahu tersebut akan terasa kenyal karena terdapat potongan pentol (sejenis bakso yang terbuat dari bahan tepung kanji). Tapi, kenikmatan perpaduan rasa gurih, pedas, dan manis dari bumbu kecap serta sambal "uleg" tetap menyatu apik dengan tahu sebagai pembungkus olahan tersebut. Kuliner itu, mulai ada di Nganjuk sekitar Desember 2013 dan hanya ada satu produsen yaitu Bakso Bakar "KALTIM". Secara perlahan, masyarakat mulai menyukai jajanan tersebut sehingga saat ini jumlah penjual Bakso Bakar di Nganjuk sudah mencapai puluhan. Bahkan, nama baksonya juga beragam misalnya Bakso Bakar Mantab, Bakso Kobong, dan Bakso Bakar Setan. Terkait cara berjualan para pedagang Bakso Bakar Jajanan Cah Nganjuk, sampai sekarang masih dilakukan dengan keliling pakai sepeda motor yang dilengkapi alat pembakar sate, berbagai bumbu, dan lemari kaca kecil penyimpan bakso. Masing-masing penjual cukup berdiam di sekitar Alun-alun Nganjuk mulai siang sampai malam hari sembari menunggu pembeli. Mayoritas konsumen adalah murid SD, SMP, SMA, dan mahasiswa. Tak jarang pula, terlihat sejumlah karyawan kantorpun membeli, memilih duduk lesehan di pinggir jalan, dan menghabiskan bakso bakar dengan memandang suasana di sekitar Alun-alun Nganjuk. Dalam satu jam, satu penjual bakso bakar bisa melayani minimal ada lima orang pembeli dan setiap konsumen umumnya membeli lima sampai 10 tusuk. "Untuk menikmati bakso bakar itu, kami tidak perlu menunggu lama karena bakso tersebut sudah matang. Hanya perlu diolesi bumbu pedas manis, dibakar sebentar, dan disantap," kata salah satu konsumen bakso bakar, Eny Wijayanti, di Nganjuk, Kamis. Eny mengatakan, ada perbedaan khusus antara Bakso Bakar Nganjuk dengan daerah lain. Saat kuliah di Malang, perempuan yang kini menjadi ibu rumah tangga itu juga pernah menjadi pelanggan satu penjual bakso bakar. "Tapi, di sana penjualnya membuka warung tersendiri dan memilih pelayanan ala depot untuk cara penyajian," katanya. Di warung tersebut, lanjut dia, konsumen akan mendapatkan satu mangkuk berisikan empat sampai lima bakso bakar. Tapi tanpa tusuk sate meskipun saat dibakar tetap menggunakan tusuk berukuran panjang yang terbuat dari bambu. "Kemudian, pembeli juga disuguhkan satu mangkuk mie putih (soun) dan kuah bakso panas," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014