Surabaya (Antara Jatim) - Aktivis perempuan yang mantan ketua Korps PMII Putri Jatim, Athik Hidayatul Ummah, berpendapat calon presiden atau calon wakil presiden dari kaum perempuan juga perlu, karena itu posisi perempuan tidak cukup hanya menjadi calon anggota legislatif (caleg).
"Kalau Joko Widodo menjadi calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia (PDIP), maka jangan sampai pendampingnya juga laki-laki, karena itu dia harus menggandeng tokoh perempuan sebagai calon wakilnya," katanya di Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, partai politik cenderung mendorong ketua umumnya sebagai calon presiden, padahal ketua umum partai politik itu umumnya laki-kali, kecuali Megawati Soekarnoputri yang memimpin PDIP.
"Bu Mega sudah memerintahkan Jokowi maju dari PDIP. Dengan demikian semua capres dalam pilpres nanti laki-laki. Karena itu, mestinya ada wakil perempuan di Pilpres. Posisi wakil presiden saya kira rasional bagi tokoh perempuan," katanya.
Ia menyebut alasan pentingnya perempuan dalam perpolitikan nasional adalah problem yang dihadapi perempuan Indonesia sangat besar dan pemilih perempuan juga sangat besar.
"Masalah perempuan itu mulai dari masalah pendidikan, ekonomi hingga sosial. Masalah-masalah itu akan teratasi, jika ada perempuan yang memimpin bangsa ini. Paling tidak perempuan lebih sensitif terhadap nasib perempuan," pungkasya.
Namun, katanya, melihat peta politik yang kini berkembang, Pilpres 2014 tampaknya akan diisi oleh calon-calon yang namanya sudah lama muncul di media massa, seperti Golkar dengan Aburizal Bakrie, PDIP dengan Jokowi, Gerindra dengan Prabowo, dan Hanura dengan Win-HT.
"Partai lainnya diperkirakan juga akan berkoalisi dengan memasang kadernya yang laki-laki sebagai calon wakil presiden. PPP, PKB, PAN, PKS, dan PBB saya kira akan berkoalisi dengan mengincar posisi orang kedua," katanya.
Ia berharap ada partai politik yang bersedia memasang tokoh perempuan yang kuat dan punya basis massa sebagai orang nomer dua. "Saat ini telah banyak perempuan berkualitas yang layak menjadi calon wakil presiden," katanya.
Misalnya, Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini, Rieke Diyah Pitaloka, Puan Maharani, dan Linda Gumelar. "Mereka sudah perpengalaman, jadi pantas tampil di panggung pilpres. Mereka juga lebih sensitif terhadap nasib perempuan," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014