Blitar (Antara Jatim) - Ribuan warga Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur "dipaksa" mengungsi oleh Tim Tanggap Darurat Bencana, untuk mengantisipasi terjadinya erupsi susulan Gunung Kelud yang lebih besar dan menjangkau permukiman warga. Koresponden Antara di Blitar, Jumat, melaporkan tiga permukiman yang saat ini telah dikosongkan dari penduduk, masing-masing Dusun Candisewu (95 KK), Kalikuning (24 KK), dan Kalibadak (97 KK). Warga di tiga dusun ini sebelumnya telah mengungsi di posko pengungsian yang berada di dekat kantor Kecamatan Nglegok yang berjarak sekitar 15 kilometer, namun kembali lagi ke perkampungan mereka saat hujan batu dan pasir yang mengguyur daerah ini mereda pada Jumat dini hari sekitar pukul 02.21 WIB. "Pagi tadi sekitar pukul 06.00 WIB warga kembali kami paksa untuk mengungsi karena daerah ini masuk kawasan rawan ring satu," kata Kusno, petugas keamanan Perkebunan Candisewu yang berjaga di Pos Keamanan I. Tidak ada satupun warga diizinkan bertahan di rumah mereka yang berada tepat di samping aliran utama Sungai Kalilahar tersebut. Sempat ada tiga warga Desa Kalikuning yang nekat bertahan tidak mau meninggalkan rumah, karena khawatir keamanan ternak mereka. Namun, tim Tagana bersama aparat kepolisian dan TNI memaksa ketiganya untuk mengungsi ke daerah aman. Selain berada di zona merah, tiga permukiman yang berada pada radius 7-9 kilometer dari pusat kawah itu menjadi salah satu daerah yang paling parah terdampak letusan Gunung Kelud. Meski tidak sampai ada laporan korban jiwa, ratusan rumah warga rusak akibat hujan batu sebesar jempol kaki orang dewasa, selama masa erupsi sejak Kamis (13/2) malam pukul 22.49 WIB hingga Jumat dini hari sekitar pukul 02.30 WIB. Hujan kerikil sebesar biji jagung bercampur batu seukuran bola pingpong terus mengguyur rumah-rumah mereka yang berada di kawasan permukiman terakhir di lereng Gunung Kelud, sehingga bagian atap jebol dan rusak berantakan. Beruntung saat erupsi warga telah mengungsi sejak pukul 19.00 WIB, sehingga tidak ada korban jiwa. Namun, Jumat pagi, seorang warga Desa Pacuh yang berada persis di bawah ketiga permukiman ini, dilaporkan meninggal saat berusaha membersihkan tumpukan kerikil yang memenuhi halaman rumahnya. Gubernur Jawa Timur Soekarwo saat mengunjungi lokasi pengungsian di Kabupaten Blitar mengimbau warga yang berada di lereng Gunung Kelud tidak kembali dulu ke perkampungannya, sampai status Gunung Kelud dinyatakan "aman" dan tidak terjadi lagi erupsi yang bisa membahayakan keselamatan warga. "Pemerintah juga akan peduli dengan penderitaan yang dialami warga. Kerusakan maupun kerugian yang ditimbulkan akibat bencana ini segera dilakukan inventarisasi untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan memberikan bantuan sesuai kebutuhan," kata Soekarwo. Hingga berita ini diturunkan, kawah Gunung Kelud terlihat masih terus menyemburkan awan panas yang membawa jutaan metrik ton material abu vulkanik ke angkasa. Pemandangan erupsi itu terlihat jelas dari tepi dam Sungai Kalilahar yang berada di Dusun Kalibadak, Desa Penataran. Awan panas terlihat bergerak ke arah barat dan utara dan diduga masih memuntahkan material abu vulkanik yang menjangkau berbagai kota di Jawa Timur, Jawa Tengah bahkan hingga Jawa Barat. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014