Havana (Antara/AFP) - Kelompok gerilya FARC hari Jumat menyatakan tidak akan melaksanakan gencatan senjata selama pemilihan umum legislatif bulan depan kecuali jika pemerintah Kolombia setuju melakukan hal itu. Presiden Juan Manuel Santos berulang kali menolak seruan FARC untuk gencatan senjata dua pihak, dengan alasan kelompok itu akan memanfaatkan momen tersebut untuk menyatukan diri lagi. FARC, yang sedang mengadakan perundingan dengan pemerintah Kolombia di Havana, telah lama mendorong gencatan senjata dan dalam dua kesempatan, kelompok gerilya kiri itu menghentikan operasi serangan secara sepihak. Namun, pemerintah Kolombia berulang kali menolak penghentian permusuhan tanpa tercapai perjanjian perdamaian yang menyeluruh. Andres Paris, seorang anggota delegasi FARC pada perundingan di Havana, mengatakan, tidak ada rencana bagi gencatan senjata sepihak selama pemilihan umum 9 Maret. "Kami siap melakukan gencatan senjata bilateral," katanya. Pemilu legislatif itu akan menjadi ujian penting bagi Santos, yang akan mengupayakan jabatan kedua dalam pemilihan presiden pada 25 Mei. Selama lebih dari setahun, pemerintah Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu. Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan -- reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014