Tulungagung (Antara Jatim) - Ratusan nasabah menduduki kantor Koperasi Pondok Pesantren Panca Hidayah unit II yang berlokasi Desa Bendilwungu, Kecamatan Sumbergempol, Kamis. Massa yang berkumpul sejak pagi hingga siang itu sempat mencoba mendobrak pagar besi setinggi dua meter, namun dihalangi beberapa petugas kepolisian yang berjaga membentuk semi-pagar betis. Beruntung, di saat situasi semakin memanas, salah satu pengurus koperasi datang membuka pintu gerbang, sehingga amuk massa bisa dihindarkan. Para nasabah kemudian menduduki Koperasi Panca Hidayah Unit II selama beberapa jam, sebelum akhirnya perwakilan manajemen koperasi menyerahkan sertifikat dan akta tanah pengganti untuk jaminan sementara hingga negosiasi lanjutan dilakukan. "Ada satu sertifikat tanah seluas 82 meter persegi dan akta tanah seluas 700 meter persegi dan 300 meter persegi yang diserahkan sebagai jaminan pengganti," kata koordinator nasabah, Anang Bashori. Aksi pendudukan sempat memanas karena pihak manajemen koperasi tak kunjung menemui para nasabah. Merasa tidak cukup dengan menduduki kantor koperasi panca Hidayah Unit II, massa yang mulai kesal berniat melakukan penyegelan rumah mewah milik Ketua Kopontren Panca Hidayah, Syamsul Laili, yang terletak di Kecamatan Kalidawir. Namun, rencana itu urung dilakukan setelah Kepala Dinas Koperasi Eko Asistono didampingi Kasat Sabhara Polres Tulungagung AKP Hari Sutrisno, menemui para nasabah dan memastikan jadwal mediasi pada 27 Januari. "Kami minta saudara-saudara semua mau bersabar untuk sama-sama memperjuangkan hak panjenengan (anda) semua. Kalau pakai emosi nanti malah rusak perjuangan yang selama ini sudah kita semua lakukan," kata Eko Asistono meredam emosi warga. Hal serupa disampaikan Kasat Sabhara Polres Tulungagung AKP Hari Sutrisno. Ia menegaskan polisi siap membantu pengamanan selama dilakukannya aksi oleh para nasabah, namun jika ada yang bertindak melanggar hukum, dirinya mengancam akan melakukan penangkapan. Rencana penyegelan rumah mewah milik Ketua Yayasan Kopontren panca Hidayah akhirnya urung dilakukan, terutama setelah pihak perwakilan koperasi menyerahkan sertifikat dan akta tanah pengganti untuk jaminan sementara. "Kami pasrah. Masalah ini sulit dicarikan solusi jika pimpinan kami tidak mau turun tangan secara total mempertanggungjawabkan uang nasabah yang 'hilang', apalagi sebagian besar dana investasi Panca Hidayah banyak yang dipinjam oleh Koperasi Sido Rukun," kata manajer Koperasi Panca Hidayah Unit II Bendilwungu. Gejolak perbankan membelit Koperasi Pondok Pesantren Panca Hidayah sejak pertengahan 2013. Ratusan bahkan ribuan nasabah yang sebelumnya beramai-ramai menginvestasikan uangnya karena diberi iming-iming bunga bank sebesar 1,25 persen per bulan, melakukan "rush" atau penarikan uang besar-besaran begitu mengetahui keuangan Koperasi Panca Hidayah mulai goyah. Aksi itu menular ke ribuan nasabah lain sehingga pemilik koperasi serta jajaran pemegang saham tidak lagi bisa memenuhi permintaan uang simpanan yang jumlahnya konon mencapai Rp70 miliar. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014