Baghdad, (Antara/AFP) - Ledakan-ledakan bom Rabu di sebuah pasar dekat gereja di Baghdad, ibu kota Irak, menewaskan 35 orang dan mencederai lebih dari 50, kata Kementerian Dalam Negeri Irak.
"Dua bom pinggir jalan meledak di sebuah pasar rakyat di Dura, menewaskan 35 orang dan melukai 56," kata juru bicara kementerian itu Saad Maan kepada AFP, menunjuk pada sebuah daerah di Baghdad selatan.
Beberapa pejabat keamanan semula mengatakan, sebuah bom mobil juga ditujukan pada gereja St. John di Baghdad, selain ledakan-ledakan di pasar tersebut. Namun, Maan, seorang pendeta dari daerah tersebut, membantah hal itu.
"Serangan itu ditujukan pada... pasar, bukan gereja," kata Maan, dengan menambahkan bahwa "daerah sasaran serangan berpenduduk Muslim dan Kristiani".
"Gereja itu tidak ada kaitannya dengan serangan tersebut," kata Wakil Uskup Temathius Esha, seorang pendeta Assyria di Dura, kepada AFP, dengan menambahkan bahwa serangan itu ditujukan pada pasar.
Militan sering menyerang tempat-tempat dimana massa berkumpul, termasuk pasar, kafe dan masjid, dalam upaya menimbulkan korban dalam jumlah maksimum.
Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.
Menurut data PBB, hampir 1.000 orang tewas pada Oktober dalam serangan-serangan di Irak.
Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak.
Kekerasan Rabu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.
Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.
Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013