Surabaya (Antara Jatim) - Kerja sama "sister city" antara Pemerintahan Kota Surabaya dengan Pemkot Busan, Korea Selatan, pada tahun 2014 merupakan tahun ke-20. Kerja sama yang sudah cukup lama tersebut tentu telah memberi manfaat kedua belah pihak. Bahkan, delegasi antarkedua pemerintahan saling berkunjung untuk memantabkan lagi kerja sama dalam berbagai bidang seperti pendidikan, budaya, fesyen dan ekonomi. "Selama ini Busan dan Surabaya sudah berhubungan dengan baik. Kami berharap kerja sama ini ditingkatkan," kata Ketua Rombongan Delegasi Pemkot Surabaya, Suharto Wardoyo saat berkunjung ke Pemkot Busan, Korea Selatan beberapa hari lalu. Menurut dia, salah satu kegitan yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini adalah Pemkot Surabaya akan memasang monumen Surabaya berlogo buaya dan ikan paus di Kota Busan bagian Utara. Hal ini bertepatan dengan diresmikannya Jalan Surabaya di Kota Busan oleh pemerintah setempat. Pemkot Busan sebelumnya juga sudah memasang monumen Korea di Jalan dr. Soetomo Surabaya. Chairman Manajer Indonesia Center (BIC) Kim Soo-il mengatakan pemasangan nama Jalan Surabaya di Kota Busan oleh Pemerintah Kota Busan bekerja sama dengan Busan Indonesia Center akan dilaksanakan pada awal 2014. "Kalau tidak ada halangan, peresmian Jalan Surabaya ini akan dilaksanakan pada awal 2014. Rencananya ke dua wali kota akan hadir di sini," kata Chairman Manajer Indonesia Center (BIC) Kim Soo-il saat menerima kunjungan rombongan Pemkot dan Jurnalis Surabaya ke kantor BIC di Busan beberapa hari lalu. Menurut dia, pemberian nama Jalan Surabaya di Busan merupakan tindak lanjut dari kerja sama "sister city" antara Pemkot Surabaya dengan Pemkot Busan. Selain itu, lanjut dia, pihaknya berharap agar BIC sebagai pusat studi kebudayaan Indonesia bisa dimanfaatkan dengan baik oleh warga Indonesia khususnya yang hendak berinvestasi di Busan. "Kami juga menyediakan gedung khusus di lantai bawah untuk memamerkan dan mempromosikan produk atau barang-barang karya warga Indonesia yang mau dijual di Busan. Ia menjelaskan tingkat kunjungan di BIC lumayan banyak yakni tiap hari sekitar 300 orang atau 100.000 pengunjung tiap tahunnya. "Hanya saja hingga saat ini belum banyak warga Indonesia khususnya Surabaya yang memanfaatkan failitas yang disediakan BIC," katanya. Wakil Wali Kota Busan Kim Younggwan menyambut baik kedatangan para delegasi Pemkot Surabaya ke Busan. "Kami berharap kerja sama ini lebih ditingkatkan lagi," katanya. Ia mengatakan kerja sama bidang pendidikan dan budaya antarkedua kota selama ini cukup baik. Jika perlu kerja sama investasi juga perlu dimaksimalkan dengan baik. Kerja Sama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan kerja sama yang kini telah dijajaki antardua kota adalah pelabuhan. Besar kemungkinan nantinya kerja sama antarpelabuhan akan berdampak pada harga barang sebab akses transportasi menjadi lebih efektif dan efisien. Arus barang bisa lebih lancar. Hal ini diungkapkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menyambut kedatangan rombongan yang dipimpin Ketua DPRD Busan Kim Seok-jo di ruang kerjanya beberapa waktu lalu. Menurut wali kota, kesepakatan kerja sama dua pelabuhan ini, kata dia, dinilai membawa dampak yang luar biasa. Apalagi, New Busan Port merupakan pelabuhan terbesar kelima di dunia. Kabag Kerjasama Pemkot Surabaya, Ifron Hady Susanto menambahkan, bila rencana tersebut benar-benar terealisasi, maka sifatnya semakin melengkapi poin kerja sama Surabaya-Busan. Kerja sama Surabaya-Busan sudah terjalin sejak 1994. Ia mengatakan kerja sama di sektor pendidikan, tercatat sudah ada dua universitas di Surabaya yang menjalin kesepakatan dengan perguruan tinggi di Busan, yakni Universitas Kristen Petra dengan Dong Seo serta UNTAG dengan Dong Eui. Selain itu, pertukaran guru dan pelajar rutin dilakukan guna meningkatkan kualitas kegiatan belajar-mengajar (KBM). "Juli lalu Surabaya mengirim 20 kepala sekolah dan 20 guru. Disusul kemudian pada November mendatang 10 siswa Surabaya berangkat ke Busan dalam rangka pertukaran pelajar," kata Ifron. Sedangkan dari Universitas Dong Ei Korea yang datang ke Surabaya sekitar 34 perwakilan. Tiga di antaranya adalah dosen yang berperan sebagai pendamping. Mereka berada di Surabaya selama sekitar dua minggu, terhitung dari 16 Juli hingga 29 Juli 2013. Selama itu, mereka berkeliling untuk mengajar di enam SMA/SMK yakni SMK 1, SMK 6, SMK 8, SMA 16 dan SMA Barunawati. Menurut Ifron, selama mengajar, mereka tidak akan didampingi penerjemah (translator) bahasa Korea karena mereka akan menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana komunikasi. Untuk bidang budaya, lanjut dia, delegasi Busan tak pernah absen berpartisipasi dalam "Cross Culture Festival" (CCF) yang diselenggarakan Pemkot Surabaya. Mereka secara rutin menampilkan duta seni dalam acara seni tahunan itu. Sebaliknya, kata dia, penari-penari asal Surabaya juga dikirim untuk menyemarakkan acara serupa di Busan, Korea Selatan, yakni "Global Gathering". "Kamar dagang (kadin) Surabaya dengan Busan sudah terkoneksi sejak tiga tahun lalu. Hal itu menandakan adanya kerja sama riil di sektor ekonomi," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013