Jember (Antara Jatim) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jember menggelar diskusi dan nonton bareng film "Working Class Heroes" di aula Radio Prosalina FM Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat (6/12) malam.
Hadir sebagai narasumber akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember Hadi Makmur dan kegiatan pemutaran film tentang perjuangan serikat buruh tersebut diikuti oleh puluhan aktivis buruh, jurnalis, dan mahasiswa.
"Film 'Working Class Heroes' merupakan film dokumenter tentang perjuangan serikat pekerja di Indonesia dan Kolombia dengan durasi sekitar 56 menit yang mengenalkan tokoh Said Iqbal dari Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia dan Igor Karel Diaz yang menjadi Ketua Serikat Pekerja tambang di Kolombia," kata Sekretaris AJI Jember, Sri Wahyunik.
Dalam film dokumenter itu, lanjut dia, perjuangan kaum buruh untuk mendirikan serikat pekerja sangat sulit, bahkan pejuang buruh di Kolombia harus dikawal oleh "bodyguard" karena ada ancaman dan bahaya dari sejumlah pihak.
"Pendirian serikat pekerja sudah dilindungi oleh undang-undang, namun masih saja ada pengusaha yang menganggap bahwa itu ancaman. Film itu juga menjadi penyemangat kaum buruh untuk terus berjuang untuk keadilan sosial dan kerja layak," paparnya.
Film karya sineas Huub Ruijgrok dan Arno van Beest berbicara tentang dilema para pekerja, namun Pembuat film mampu memberikan gambaran utuh dari sudut pandang bagaimana kondisi pekerja dan komentar perusahaan juga diberikan ruang untuk berbicara.
Setelah pemutaran film tersebut, moderator Mahbub Djunaidi yang juga koordinator divisi Serikat Pekerja AJI Jember meminta para penonton menyampaikan resensi singkat tentang cerita film yang diproduksi Federatie Nederlandse Vakbeweging (FNV) Mondiaal itu.
Hadi Makmur dalam diskusinya menyampaikan bahwa film "Working Class Heroes" menonjolkan sosok tokoh pejuang buruh di Indonesia Said Iqbal dan Igor Karel Diaz dari Kolombia, namun keduanya mampu menghipnotis penonton untuk terus bersemangat memperjuangkan hak kaum buruh.
"Film dokumenter itu menunjukkan kegigihan nyata pejuang serikat pekerja di Indonesia dan Kolombia, sehingga heroik kaum buruh cukup memberikan suntikan motivasi bagi aktivis buruh untuk terus berjuang," tuturnya.
Film berdurasi 56 menit tersebut telah diterjemahkan dalam empat bahasa yakni Belanda, Indonesia, Inggris, dan Spanyol, dengan pengambilan lokasi syuting di Indonesia dan Kolombia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013