Dulu, singkong dikenal sebagai makanan pokok masyarakat menengah kebawah karena mereka tidak mampu membeli beras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga ubi kayu itu identik dengan makanan murahan atau makanan kampung. Namun, kini banyak orang yang mulai melirik singkong untuk dijadikan bahan pangan alternatif sebagai pengganti beras dan berbagai olahan camilan yang lezat di dunia bisnis kuliner. Singkong yang memiliki nama latin Menihot Utilissima itu termasuk golongan "secondary corps" atau komoditi kelas dua, padahal tanaman rakyat tersebut mengandung karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan nasi putih. "Singkong dapat dijadikan substitusi pangan alternatif sebagai pengganti beras karena memiliki kandungan gizi yang cukup sebagai makanan pokok," kata Ketua Pusat Penelitian Pangan dan Pertanian Industrial Strategis (Puslit P2IS) Universitas Jember, Dr Ir Yuli Hariyati MS. Untuk itu, dalam rangkaian kegiatan Dies Natalies ke-49 Unej yang dikemas dalam Festival Tegalboto beberapa waktu lalu juga menyuguhkan berbagai acara yang berkaitan dengan singkong, mulai dari talkshow, mengolah makanan berbahan singkong, hingga lomba mengupas ubi kayu tersebut. "Kami ingin mewujudkan Unej sebagai pusat penelitian singkong di Indonesia berdasarkan tujuh riset unggulan yang sudah ditetapkan Kampus Tegalboto tahun ini," tuturnya. Potensi ketersediaan singkong yang melimpah ruah di negeri tercinta ini bisa menjadi alternatif andalan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan diharapkan surplus beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014 mendatang. "Singkong dapat menjadi subtitusi dan solusi alternatif pangan di Indonesia yang bisa menggantikan bahan pokok beras, sehingga kebijakan impor bisa ditekan. Semua bisa terwujud dengan dukungan masyarakat dan stakeholder," katanya. Kendati demikian, Yuli mengakui bahwa tidak mudah mengubah pola konsumsi masyarakat yang sudah terlanjur cinta dengan beras, kemudian menggantinya dengan singkong sebagai makanan pokok. "Tidak bisa dipungkiri bahwa lidah orang Indonesia sudah sangat terbiasa dengan konsumsi nasi dari beras, sehingga perlu gebrakan seperti yang dilakukan Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail melalui program One Day No Rice di daerahnya," ucapnya. Untuk menuju ketahanan pangan, lanjjut dia, diperlukan keberanian mengubah pola konsumsi dan melakukan diversifikasi pangan untuk mewujudkan swasembada pangan demi terciptanya masyarakat yang makmur. Banyak sekali nilai strategis yang dimiliki singkong, apabila dijadikan makanan pokok pengganti beras karena umbi-umbian yang kaya karbohidrat tersebut mudah ditanam dan cocok dengan kultur tanah di Indonesia. "Singkong juga dapat diolah menjadi berbagai makanan sehat yang bernilai ekonomi tinggi, sehingga harga jualnya tidak murah seperti singkong mentah," ujarnya. Nah, sudah saatnya masyarakat memperkuat ketahanan pangan dengan mengandalkan singkong sebagai makanan pengganti beras karena ubi kayu itu juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013