Surabaya (Antara Jatim) - Ahli Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Bambang Wirjatmadi, mengungkapkan, saat ini sejumlah makanan tidak aman sedang mengancam keberadaan masyarakat di Indonesia. "Ancaman terbesar menyasar konsumen dari kalangan bawah," katanya, di Surabaya, Rabu. Faktor penyebabnya, jelas dia, dipengaruhi masih rendahnya tingkat kesadaran mereka terhadap konsumsi makanan sehat dan aman. Di sisi lain, sampai sekarang hanya masyarakat kalangan menengah atas yang sudah mempunyai kesadaran tinggi untuk berbagai komoditas pangan itu. "Mayoritas masyarakat awam tidak banyak mengetahui baik dari sumber, jenis bahan makanannya, maupun tambahan makanan lain yang sangat berbahaya dan sengaja dicampurkan di dalam makanan," ujarnya. Ia mencontohkan, makanan yang mengandung boraks dan pewarna nonmakanan di mana banyak beredar di berbagai tempat misalnya warung atau tempat makan tertentu serta membidik golongan usia muda, mulai TK, SD dan SMP. "Kondisi itu yang menjadi keprihatinan kami," katanya. Oleh karena itu, saran dia, masyarakat dapat memiliki komitmen menjadi orang sehat. Khususnya, dengan pola makan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman. "Bahkan, ada baiknya selalu memperhatikan label halal di makanan tersebut," katanya. Sementara itu, Pendiri Lembaga Klarifikasi Makanan Aman, Puguh Iryantoro, meyakini, dengan merealisasi langkah subsitusi bahan pangan dapat menyehatkan masyarakat di Indonesia. "Bahan pangan yang bisa disubstitusi contohnya terigu dengan tepung mokaf 'cassava' terfermentasi. Jika terlalu banyak konsumsi tepung terigu, pengaruh negatif bisa mengancam kesehatan konsumen tersebut," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013