Tewasnya anggota Komando Rayon Militer (Koramil) Curahdami Kodim 0822/Bondowoso Serka Agus Suryadi (44) dalam ledakan mercon di rumahnya pada 29 September 2013 agaknya menyisakan banyak pertanyaan, apa penyebab ledakan itu? Apa penyebab Serka Agus tertarik berdagang petasan?. Terlepas dari pertanyaan yang "terkubur" bersama tewasnya Serka Agus itu agaknya sikap Kodam V/Brawijaya patut diapresiasi. Pihak Kodam Brawijaya menyebut musibah itu murni disebabkan petasan, karena fakta yang ada memang ditemukan bahan petasan dan dua karung petasan berbentuk jadi di tempat kejadian. "Dugaan rumah Serka Agus jadi tempat pembuatan petasan memang ya, tapi penyebabnya murni petasan, karena faktanya memang begitu. Kami akan menyantuni korban dalam ledakan itu serta memperbaiki enam rumah yang rusak berat dan 42 rumah yang rusak ringan," kata Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya Kolonel Arm Totok Sugiharto di Makodam V/Brawijaya, 30 September 2013. Agaknya, sikap Kodam V/Brawijaya yang ksatria itu menunjukkan "Garuda Militer" dalam usia 68 tahun itu cukup profesional. Ibarat Evan Dimas dkk di Tim Nasional Indonesia U-19 yang menyabet Juara Piala AFF U-19 pada 22 September 2013, dengan semangat profesionalitas "Garuda Muda" yang pantang menyerah setelah 22 tahun "paceklik" juara, maka tim "Garuda Militer" pun harus begitu. Apalagi, "Garuda Militer" dalam usia ke-68 kini diawaki perwira tinggi TNI dari angkatan 1981, yakni Jenderal TNI Moeldoko sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) sejak 30 Agustus 2013. Sebelumnya, alumni Akademi Militer 1981 itu menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) pada 20 Mei 2013. Selain Moeldoko, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr Marsetio MM dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia juga dari angkatan yang sama. Bahkan, mantan ajudan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Komisaris Jenderal Pol Sutarman yang digadang-gadang menjadi Kapolri juga berasal dari angkatan 1981. Hanya Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budiman yang menggantikan Moeldoko yang berasal dari angkatan 1978. Kasal Laksamana TNI Dr Marsetio MM yang kelahiran Jakarta pada 3 Desember 1956, itu merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) Bumimoro, Surabaya tahun 1981 dan pernah "sekolah" di ISC Royal Naval College (1991), Royal Dutch Navy Operation School (1986), Operation Course Italia (2002), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta (S3). Sementara itu, Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia yang merupakan perwira tinggi berbintang empat kelahiran Tabanan, Bali pada 20 Februari 1957 itu berasal dari lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1981. Ia mencatat sejarah sebagai Kasau pertama yang berasal dari Bali. Ketiganya sama-sama penerima penghargaan Adhi Makayasa, sama-sama lulusan terbaik Lemhannas. Lain halnya dengan Kasad Jenderal TNI Budiman yang pernah menjabat Pangdam IV/Diponegoro (2009), Dankodiklat TNI AD (2010), Wakil Kasad (2011), dan Sekjen Kemenhan (2013) itu merupakan jenderal kelahiran Jakarta pada 25 September 1956 yang penerima Adhi Makayasa. Jenderal dari Korps Zeni itu lulusan terbaik Akademi Militer dari angkatan 1978. Ya, paling tidak, angkatan 1981 yang "mendominasi" pimpinan TNI harus meletakkan kerangka dasar untuk TNI AD yang paling "superior" di daratan Asia Tenggara, untuk TNI AL yang paling "ditakuti" di lautan Asia Tenggara, dan untuk TNI AU yang paling "heroik" di udara Asia Tenggara. Namun, profesionalitas "Garuda Militer" itu hendaknya meliputi tiga bentuk, yakni profesionalitas SDM, profesionalitas alat utama sistem persenjataan (alutsista), dan profesionalitas dalam soliditas antar-TNI, antara TNI dengan Polri, dan antara TNI dengan rakyat. Selain profesionalitas SDM dalam netralitas politik dan keahlian non-politik maka profesionalitas alutsista sebagai "hard power" juga merupakan faktor penting bagi sebuah negara dalam kancah politik internasional. Barangkali hal itu yang mendorong TNI AD memeringati HUT ke-68 TNI dengan "mengeluarkan" alutsista baru yang dibeli dari Jerman yakni tank kelas berat atau "main battle tank" (MBT) bernama "Leopard tipe 2A4". TNI mencatat baru ada dua negara di ASEAN yang menggunakan MBT Leopard, yakni Singapura dan Indonesia. Selain itu, TNI AD saat ini juga sedang membangun satuan-satuan tempur di Kalimantan yaitu batalyon infanteri, batalyon artileri, dan batalyon kavaleri untuk menambah kekuatan eksisting yang sudah ada. Tidak mau kalah dengan TNI AD, jajaran TNI AL juga memiliki dua kapal perang di jajaran Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) yang kini mendukung operasi pengamanan pulau terluar di wilayah Barat dan Timur Indonesia, yakni KRI Teluk Lampung-540 dan KRI Teluk Parigi-539. KRI Teluk Lampung-540 dengan komandan Letkol Laut (P) Marwidji Harahap melaksanakan operasi pengamanan pulau terluar di wilayah Barat Indonesia, sedangkan KRI Teluk Parigi-539 yang dikomandani Mayor Laut (P) Rakhmat Arief Bintoro melaksanakan operasi pengamanan pulau terluar ke wilayah Timur Indonesia. Namun, karakter TNI yang selalu dekat dengan rakyat juga harus terus diperkuat. Kehadiran prajurit di lapangan memberikan arti positif bagi masyarakat di sekitarnya, termasuk pasukan Garuda yang ditugaskan di berbagai misi perdamaian dunia selama ini. Selain itu, TNI juga harus membangun soliditas antar-prajurit TNI dan prajurit TNI dengan anggota Polri, seperti olahraga bersama, latihan bersama, dan kegiatan bersama antara TNI dan Polri yang rutin diadakan di Jatim. Ya, kehebatan "Garuda Militer" itu bukan hanya dalam alutsista, tapi karakter SDM dan soliditas dengan pihak lain.... Selamat ulang tahun Garuda Militer-ku... Semoga, engkau mampu menjadi "garuda" untuk republik tercintai ini.... (*). (edyyakub@yahoo.com)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013