Oleh Akhmad Kusaeni Frankfurt (Antara) - Orang Jerman merasa aneh pemilihan "Miss World" di Indonesia diprotes oleh kelompok tertentu dan main organ malam hari dilarang di Aceh. "Bagi orang Jerman itu tidak masuk akal," kata Bernhard May, seorang Indonesianis dari Jerman, di sela-sela diskusi "Islam dan Media di Indonesia" di Frakfurt, Jerman, Senin malam. Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh KJRI Frankfurt dan Frankfruters Press Club itu tampil sebagai pembicara Dirut LKBN Antara Saiful Hadi, pengajar Universitas Paramadina Suratno dan Saiful Akmal, kandidat doktor dari Universitas Goethe. Sebelumnya, pergelaran Miss World batal dilaksanakan di Sentul, Jawa Barat, karena protes dari sekelompok Muslim, sehingga tetap dilangsungkan di Pulau Bali. Di Jakarta sebagai tandingan digelar Miss World Muslimah tanpa ada gangguan. Menurut Bernard, meskipun tidak mewakili mayoritas muslim Indonesia yang moderat, kelompol radikal menarik perhatian masyarakat Jerman karena pemikiran dan tindakannya. Sebagai contoh, katanya, adanya peraturan daerah di Aceh yang melarang memainkan keyboard atau alat musik lainnya pada malam hari selepas pukul 18.00. "Berita razia oleh polisi syariah terhadap orang memainkan musik di malam hari tidak bisa difahami oleh kami orang Jerman," kata Bernard yang pernah bertugas di Kalimantan Timur. Bernard juga merasa heran kenapa aparat keamanan dan pemerintah tidak bisa bertindak terhadap aktivitas kelompok radikal tersebut. "Mestinya pemerintah tidak membiarkan hal-hal seperti itu," tegasnya. Ia mengatakan berita-berita semacam itu tentunya berpengaruh bagi orang Jerman dalam memandang Indonesia. Termasuk berpengaruh terhadap kunjungan warga Jerman ke Indonesia. "Untung banyak orang Jerman tidak tahu kalau Bali itu bagian dari Indonesia," katanya seraya mengatakan turis Jerman masih melihat Bali sebagai tujuan wisata di Asia. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013