Oleh Risbiani Fardaniah Jakarta (Antara) - Berbagai insentif yang diberikan pemerintah bagi pengembangan mobil hemat energi dengan harga terjangkau atau "low cost and green car" (LCGC), rupanya menarik banyak pelaku industri otomotif masuk ke segmen tersebut. Salah satu insentif diberikan ialah penghapusan pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Dua merek yang sudah resmi menjadi peserta LCGC jauh hari yaitu Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla. Keduanya, sudah diperkenalkan pada "Indonesia Internasional Motor Show" (IIMS) tahun lalu. Namun, karena hingga akhir tahun 2012 pemerintah belum juga mengeluarkan perangkat peraturan LCGC, maka model tersebut urung dipasarkan. Padahal, produk kembar hasil kolaborasi ketiga Toyota Daihatsu -- setelah Avanza-Xenia dan Rush-Terios itu -- sudah disiapkan untuk merespon program pemerintah untuk menyediakan mobil hemat energi dengan harga terjangkau. Hampir setahun kemudian, tepatnya 9 September lalu akhirnya Agya dan Ayla resmi dipasarkan, setelah diverifikasi surveyor kendaraaan itu bisa masuk program LCGC. Daihatsu menjual Ayla mulai dari Rp76 juta sampai Rp106 juta/unit. Sedangkan Agya lebih berani. Dengan tambahan fitur "dual airbags" dan "power steering" Toyota membandrol Agya dengan harga mulai dari Rp99,9 juta sampai Rp120,75 juta/unit. Respon "Kami mengembangkan Agya untuk merespon ajakan pemerintah guna membangun industri otomotif melalui LCGC," kata GM Perencanaan Perusahaan dan Hubungan Masyarakat PT Toyota Astra Motor (TAM) Widyawati Soedigdo saat ditemui di sela-sela IIMS 2013 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Menurut dia, dengan ajakan pemerintah itu, pihaknya kemudian melakukan survei pasar untuk membuat LCGC sesuai dengan karakter dan selera pasar di Indonesia. "Kami secara khusus membuat Agya untuk pasar Indonesia. Bukan sekadar memilih produk yang sudah ada untuk mendapatkan insentif," ucap Widyawati. Setelah Agya dan Ayla akhirnya meluncur di pasar nasional, sejumlah merek lain berbondong-bondong memperkenalkan mobil yang siap masuk segmen LCGC. Honda, misalnya, melalui Brio Satya yang diperkenalkan 11 September lalu, diusung untuk masuk segmen LCGC dan mulai bisa dipesan, meskipun belum mengantongi sertifikat lulus verifikasi sebagai LCGC. "Kami masih menunggu dokumen Brio Satya (sebagai LCGC) dari Kemenperin," ujar Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy pada peluncuran Brio, baru-baru itu. Ia memperkirakan pada November mobil murah yang dirakit di Indonesia dengan komponen lokal 85 persen itu sudah bisa "mengaspal" di negeri ini. Harus diakui Honda Brio Satya merupakan pengembangan dari model yang sudah ada yaitu Honda Brio yang mengusung mesin 1.300 cc. Namun, untuk mendapat fasilitas insentif pajak Honda membuat Brio Satya dengan mesin 1.200 cc. Sesuai dengan perangkat peraturan mobil hemat energi dengan harga terjangkau, hanya mobil dengan kapasitas mesin (bensin) 980 sampai 1.200 cc yang mendapat insentif pajak. Selain itu, peraturan LCGC yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33 Tahun 2013 dan Peraturan Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Nomor 25 Tahun 2013 menyebutkan antara lain konsumsi bahan bakar mobil itu minimal 20km/liter dan menggunakan spesifikasi bahan bakar (bensin) RON (reseach octane number) 92. Pada bagian lain juga disebutkan harga tertinggi LCGC adalah Rp95 juta/unit. Namun, pemerintah juga membuka ruang harga bisa diatas ketentuan itu, bila ada tambahan penggunaan teknologi transmisi otomatis dan fitur keamanan. Ketentuan lain yang juga mutlak ada adalah penggunaan tambahan merek Indonesia, serta model dan logo yang mencerminkan Indonesia. Oleh karena itulah, Toyota, Daihatsu, dan Honda, menyematkan nama Indonesia pada LCGC mereka. Dua menyusul Sementara Nissan melalui Datsun Go -- yang pertama kali diluncurkan di India pada Juli lalu -- mengusung mobil tersebut masuk LCGC. "Datsun akan menjadi partisipan untuk program LCGC di Indonesia, dan kami sangat menantikan untuk memulai penjualan Datsun tahun depan," tutur Presiden and CEO Nissan Motor Co Ltd Carlon Ghosn, ketika peluncuran Datsun Go pada 17 September lalu. Tidak mau ketinggalan Suzuki yang juga jago di mesin mobil kompak, memasang Suzuki "Karimun" Wagon R sebagai calon LCGC-nya. Pada arena IIMS 2013, meskipun belum dipasarkan secara resmi, karena dokumen pengurusan LCGC masih diproses, Suzuki pun mulai mengambil order. "Kalau inden, sudah bisa hari ini," kata Direktur Penjualan dan Pengembangan Jaringan PT Suzuki Indonesia Sale (SIS) Davy Tuilan di sela-sela pembukaan IIMS 2013. Menurut Dirjen IUBTT Kemenperin Budi Darmadi, tidak hanya produsen otomotif dari Jepang yang berminat masuk ke segmen LCGC. Pemain otomotif dari Eropa dan Korea Selatan juga tengah menjajaki segmen yang potensi pasarnya besar karena menyasar konsumen yang merupakan "first buyer" (pembeli pertama) mobil baru. "Potensi pasar yang besar dan insentif yang pemerintah berikan, sangat menarik para pemain otomotif dunia, masuk ke segmen LCGC," ujarnya. Program LCGC, menurut dia, mampu menarik investasi baru hingga 3,5 miliar dolar AS serta membuka lapangan kerja baru untuk lebih dari 100 ribu orang. "Kita perlu mengembangkan industri mobil yang potensi pasarnya besar ini. Kalau tidak, mobil impor sejenis akan masuk ke sini," kata Budi.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013