Oleh Prof Dr KHM Ridlwan Nasir MA *) Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil hamdu ! Kaum Muslimin yang berbahagia !. Maha Besar Allah, segala puji hanya untuk-Nya. Maha Agung Allah, tiada tandingan dari keagungan-Nya. Maha Kuasa Allah Rabbul 'Alamin, semua makhluk harus tunduk kepada hukum-hukum-Nya. Pertama-tama marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan sebaik-baik takwa dalam artian menjalankan segala perintah-perintah Allah dengan konsekuen dan meninggalkan segala larang-larangan-Nya dengan konsekuen pula. Dalam berbagai situasi dan kondisi, Ramadlan telah datang membawa berkah, rahmah dan maghfiroh serta telah pergi ditandai dengan hari ini Iedul Fitri kita rayakan dengan penuh syukur dan tawadlu', karena limpahan rahmah dan karunia-Nya yang tiada terhingga banyaknya yang telah kita terima dan kita rasakan setiap detik dan setiap saat. Salah satu rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada kita adalah kita sudah berhasil menunaikan ibadah puasa sebulan penuh, ibadah istimewa karena ia milik Allah dan Allah langsung memberikan ganjaran pahala bagi yang mengerjakannya. Dan, Allah memberikan predikat kepada mereka dengan sebutan "Manusia Mukmin dan Muttaqin". Kita sebagai hamba Allah sudah sewajarnya, bahkan wajib, untuk tetap berbakti kepada Allah SWT. Bila kita perhatikan apa saja yang ada di alam ini, dari kuman yang sekecil-kecilnya sampai dengan planet yang sebesar-besarnya, kesemuanya itu senantiasa tunduk dan patuh atas iradah Allah SWT. Firman Allah Surat Ali Imran ayat 83: "Apakah mereka mencari agama yang lain selain agama Allah (Islam), padahal segala apa yang ada di langit dan di bumi menyerahkan diri (Muslim) kepada-Nya, baik dengan suka maupun dengan terpaksa dan kepada Allah mereka dikembalikan". Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamdu ! Kaum Muslimin yang berbahagia. Pada pagi ini kita berada di Masjid Al Akbar Surabaya untuk merayakan Iedul Fitri, mensyukuri segala nikmat Allah dalam suasana kegembiraan dan kebahagiaan serta merupakan titik tolak untuk merayakan perpisahan dengan tamu yang Agung, karena kita telah berhasil dengan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadlan. Perlu diketahui bagi Kaum Muslimin bahwa Hari Raya ini bukanlah semata-mata riang gembira, kesenangan dan berfoya-foya, melainkan mempunyai corak tersendiri, yaitu merupakan pencerminan rasa syukur kita kepada Allah SWT. Hari suci ini dipandang sebagai hari peringatan hubungan antara Allah dan manusia (Hablun Minallahi) dan dirayakan untuk menambahkan hubungan ini, tambahnya pendekatan kepada Dzat Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang. Manakala kita ingat Sabda Rasulullah SAW berkenaan dengan Ramadhan, maka rasanya berat sekali kita tinggalkan bulan yang suci ini. Rasulullah SAW bersabda: "Telah datang bulan Ramadhan, penghulu segala bulan mengunjungi kamu. Maka ucapkanlah "Selamat Datang" kepadanya. Dia datang membawa bermacam-macam barokah, maka muliakanlah dia laksana menghormati tamu. Seandainya umatku mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalam bulan Ramadhan, pastilah mereka menginginkan supaya seluruh bulan dalam setahun terdiri dari bulan Ramadhan semuanya. Karena sesungguhnya bulan Ramadhan itu adalah berkumpulnya kebaikan yang memberi pahala, segala ketaatan/kepatuhan diterima Allah, do’a-do’a dikabulkan, dan dosa-dosa diampuni serta kerinduan terhadap surga". Bulan puasa mengandung 2 (dua) nilai, yaitu:. 1. Nilai 'ubudiyah yakni untuk kepentingan akhirat sebagaimana yang ditegaskan dalam Hadits yang meliputi: Sumber kebaikan, keutamaan, diterima Allah, doa dikabulkan, dosa diampuni, dan kerinduan terhadap Surga. 2. Nilai-nilai hidup untuk kepentingan hari ini: Membentuk ketahanan rohani, menyehatkan jasmani, menumbuhkan kesabaran, menguatkan kemauan, mengenal nikmat Allah, mendidik dan menumbuhkan perasaan santun, latihan berserah diri kepada Allah, melepaskan diri dari cengkeraman kebiasaan, meningkatkan keakraban dalam keluarga. Puasa dalam hubungan ini dipandang sebagai persiapan yang serasi dan latihan keseimbangan jasmani (fisik), moral dan spiritual (kejiwaan). Karena dengan berpuasa manusia bertaubat, membersihkan diri, sabar, zuhud, memperbaiki dasar perhubungan sesama manusia, seperti: cinta kasih, ukhuwah Islamiyah, persamaan. Dan dapat membebaskan manusia dari pasif, serta memurnikan spiritualitas (jiwa) dengan latihan menahan diri. Puasa adalah suatu sarana untuk melatih manusia agar pandai dan terampil mengendalikan hawa nafsu (nafsu seksual dan kemilaunya dunia). Allah yang membekali hidup manusia dengan jasad, akal, naluri, nafsu dan roh. Allah telah mengetahui benar bahwa manusia itu kalau dilepaskan mengikuti hawa nafsu-nya sendiri, maka nafsunya akan memperkuda dan mengalahkan akal pikiran, kehidupan dan alam perasaan. Dan bila itu terjadi, kehidupan manusia akan jatuh ke jurang kenistaan dan kebinasaan, kesesatan. Rasa manusiawinya berubah menjadi kasar dan kejam, orang banyak ditipu dan diperdayakan, kaum wanita menjadi umpan selera nafsu pria.Orang awam menjadi bingung tak tahu arah dan tujuan,remaja dan generasi muda menjadi nakal,kesopanan dan kesusilaan hilang musnah, kehidupan tidak lagi mencerminkan kedamaian tapi hukum rimba yang berlaku Padahal, Allah SWT sudah memperingatkan, sebagaimana ditegaskan dalam Surat Thoha ayat 124: "Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, tersedialah baginya kehidupan yang keluh kesah, selalu resah tak pernah memndapatkan kenyamanan di hatinya". Untuk menyelamatkan manusia dari bencana yang disebabkan dari nafsu, maka Allah mengutus para Rasul membawa agama sebagai pedoman. Agama menanamkan nilai-nilai kasih sayang, persaudaraan dan cinta-mencintai diantara sesama manusia. Agama juga mengendalikan nafsu dengan menanamkan iman dan pendirian yang teguh pada umatnya. Dengan petunjuk agama tersebut, maka martabat manusia diangkat ke tempat yang tinggi melebihi makhluk-makhluk lain. Ada dua bagian fenomena dalam merayakan Hari Raya Fitri ini, yaitu:. 1. Bagian jasmani, seperti: pakaian indah dan baru, makanan enak, perhiasan, kebersihan dan dekorasi rumah. 2. Bagian rohani, seperti: takbir, tahmid, tahlil, tasbih, puji dan doa, istighfar, shalat Idul Fitri, dan khutbahnya. Upacara tersebut adalah merupakan wujud simbolisme sebagai follow up dari upacara-upacara dalam bulan suci Ramadlan yang telah kita selesaikan dan sebagai prolog untuk masa depan yang penuh arti. Simbol-simbol jasmaniyah dan rohaniyah tersebut diliputi oleh perasaan gembira dan bahagia, cinta kasih sesama manusia, amal, shadaqah, zakat fitrah, zakat mal, silaturrahmi, bebas dari kebencian, kesalahan dan kemarahan serta kedengkian. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamdu. Kaum Muslimin Yang Berbahagia !. Suara takbir, tahmid, dan tasbih berkumandang di segala penjuru dunia, bersahutan, memenuhi angkasa luas, membuat jiwa orang-orang yang beriman semakin tunduk dan mantap terhadap ke Maha Besaran Allah, bahkan suara takbir itu pulalah yang menjadikan hati orang-orang Muslim bertambah kokoh keimanannya, hati mereka bergetar mendengar suara takbir, sebagaimana ditandaskan dalam Surat Al Anfal ayat 2: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Asma Allah bergetar hati mereka". Berbeda bagi orang-orang kafir, suara takbir itu tidak membekas dalam hatinya, bahkan dianggapnya dapat membuat bising dan mengganggu, hal tersebut dapat dimaklumi karena Allah telah memperingatkan kepada kita tentang keberadaan orang-orang kafir, sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al Baqarah ayat 6 dan 7: "Sesungguhnya orang-orang kafir itu, sama saja bagi mereka kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat". Kita sekalian telah mengetahui tujuan dari ibadah puasa dalam bulan Ramadlan adalah "Taqwa". Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah S. Al Baqarah ayat 183: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu. Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertakwa". Takwa itu merupakan mustika dalam kehidupan manusia, yang akan membawa kemenangan dan sukses, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam masyarakat, bangsa dan negara. Intisari takwa terdiri dari 3 (tiga) unsur:. 1. Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai Allah. 2. Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang merugikan atau merusak diri sendiri. 3. Menjauhkan diri dari perbuatan yang merugikan /merusak orang lain/masyarakat. Sedangkan sifat-sifat takwa itu membentuk 7 (tujuh) macam watak yang baik, yaitu:. 1. Lidahnya terpelihara dari berbohong, mencela, bergunjing, menyakiti. 2. Hatinya terhindar dari sifat-sifat dengki, benci, pendendam. 3. Matanya tidak memandang yang terlarang. 4. Perutnya tidak diisi dengan makanan /minuman yang haram. 5. Tangannya tidak dipergunakan untuk perbuatan dosa. 6. Kakinya tidak melangkah ke tempat maksiat. 7. Taat dan ikhlas karena Allah, tidak riya'. Bila kita renungkan tentang sifat-sifat takwa tersebut di atas dan kita hubungkan dengan amalan kita selama ibadah puasa Ramadlan, maka kita tahu posisi kita berada dimana. Sudahkah amalan kita sampai pada sifat-sifat takwa tersebut ?. Oleh sebab itu iman dan takwa kita harus dapat menumbuhkan "budi pekerti" yang mulia, yang dapat menjadi pakaian kita. Karena budi pekerti adalah merupakan kunci dalam kehidupan di masyarakat, bila kita menjadi pegawai, maka jadilah pegawai yang baik dan jujur, bila kita menjadi pimpinan, maka jadilah pimpinan yang baik dan adil, bila kita menjadi penegak hukum, maka jadilah penegak hukum yang adil dan konsekwen. Sehingga Rasulullah SAW. bersabda: "Sesungguhnya saya diutus adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak". Kehidupan yang bahagia (hayatan tayyiban) adalah merupakan harapan dan dambaan setiap manusia yang hidup di dunia. Sebagaimana janji Allah dalam Al Quran Surat An Nahl Ayat 97: "Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan". Pengertian "hayatan thayyiban" berbeda-beda antara satu pendapat dengan pendapat yang lain:. 1. Menurut Golongan Pragmatisme bahwa kehidupan bahagia adalah kehidupan yang penuh dengan bergelimangnya harta benda, mobil mewah, rumah indah, harta berlimpah, memiliki perusahaan yang banyak. 2. Menurut Abu Muslim Al Asfahany: adalah kehidupan yang diisi dengan amalan-amalan baik dan terjauh dari kemaksiatan dan kemungkaran. 3. Menurut Al Qurthuby dalam Tafsir Al Jami’ Li Ahkaam Al Quran: adalah kehidupan yang memenuhi 5 (lima) unsur, yakni: 1. Rizqi yang halal, 2. Sifat yang qana’ah (sederhana), 3. Taufiq (permohonan yang terkabul), 4. Sa’adah (kebahagiaan), dan 5. Jannah (surga). Untuk meraih kehidupan yang bahagia (hayatan tayyiban) memang tidak mudah dan selalu ada rintangan dan hambatan. Sebagaimana 5 (lima) unsur yang dipaparkan oleh Al Qurthuby:. 1. Rizqi yang halal: Pada dewasa ini orang mencari rizqi tidak mudah karena banyak persaingan. Sehingga Rasulullah SAW memprediksi : "Akan datang suatu masa dimana manusia tidak mampu mencari ma'isyah (kasab/rizki-nya) kecuali dengan jalan maksiat, sehingga dia berdusta dan bersumpah palsu. Bila kamu hidup pada zaman itu maka sebaiknya kamu lari. Sahabat bertanya: Kemana kami akan lari Ya Rasulullah. Jawab beliau: berpegang teguhlah pada Al Quran dan Sunnah Rasulullah". (HR Jama'ah). Rizki disamping halal juga berkah. Berkah adalah: Tambahnya kebaikan yang mendapat ridlo dari Allah dan tambahnya kebahagiaan. Pada dewasa ini banyak orang mencari kasab/rizki tetapi tidak ada unsur berkahnya. Hal ini disebabkan banyak orang yang sudah menjauhkan diri dari para ulama dan fuqaha, sebagaimana prediksi Rasulullah saw.:. "Akan datang suatu masa di mana manusia meninggalkan para ulama dan para fuqaha dan mereka ditimpa tiga bala'". a. Diangkatnya barokah dari kasab/rizki mereka. b. Allah menjadikan penguasa yang dzalim. c. Mereka meninggal dalam keadaan tidak beriman. 2. Sifat Qana'ah (Sederhana dan menerima). Manusia selalu tidak merasa puas apa yang dimiliki dan senantiasa menginginkan yang lebih banyak lagi. Sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah Saw. Bahwa: "Seandainya manusia memiliki dua bukit emas, maka dia menginginkan bukit yang ketiga. Dan bilamana dia sudah mempunyai bukit yang ketiga maka dia menginginkan bukit yang keempat. Dia tidak akan puas kecuali sudah berkalang tanah (mati)". 3. Taufiq (Permohonannya terkabul). Unsur yang ketiga terkait dengan kehidupan yang bahagia adalah bila do’a yang ia panjatkan dikabulkan oleh Allah Swt. Agar doa kita terkabul maka harus dipenuhi berbagai persyaratan yang lain yaitu: shalatnya dan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari. 4. Sa'adah (kebahagiaan) Dalam kehidupan kita selalu dilingkupi dengan rasa bahagia. 5. Al Jannah (Surga). Unsur yang kelima adalah bila kelak kita meninggal dimasukkan ke Surga oleh Allah Swt. Dan Rasulullah SAW. menegaskan lagi tentang bagaimana seyogyanya keberadaan dunia ini: "Dunia ini bagaikan kebun atau taman yang indah yang dihiasi dengan 5 (lima) hal: (a) Ilmunya para Ulama; (b) Keadilan para pemimpin/pejabat; (c) Ibadahnya hamba - hamba Allah; (d) Amanahnya (terpercayanya) para pedagang /pelaku ekonomi/ pengusaha; (e) Disiplinnya para pekerja". Lima hal yang menghiasi dunia, jadilah bagaikan taman yang indah. Namun di dunia ini juga ada 5 (lima) hal yang berusaha diucapkan para Iblis agar tidak berhasil menancapkan 5 (lima) hal yang pertama tadi, yakni:. a. Iblis datang dengan kedengkian, menggantikan Ilmu Ulama. b. Iblis datang dengan diskriminasi, menggantikan keadilan para Umara'. c. Iblis datang dengan sikap sombong, menggantikan ibadahnya para hamba Allah. d. Iblis datang dengan khianat, menggantikan panji amanah pengusaha. e. Iblis datang dengan kebobrokan, dengan mengesampingkan disiplin pekerja. Iman dan takwa kita adalah merupakan kendali bagi diri kita. Bila luntur imannya, maka ibarat kuda yang lari kencang tanpa kendali. Mereka tidak tahu batas yang haq dan bathil, yang haram dan halal, mereka bagaikan berjalan dalam kegelapan. Marilah kita renungkan firman Allah dalam S. Al A'raf ayat 96: "Jika sekiranya semua penduduk di suatu negeri mau beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami akan menyiksa mereka disebabkan perbuatannya". Dari ayat tersebut di atas, jelaslah bahwa kita hendaknya meningkatkan iman dan takwa kita, maka kita akan dijamin oleh Allah berupa negeri yang makmur, berkah dan rizki akan turun dari langit dan tumbuh subur di bumi manakala semua penduduk mau beriman dan bertakwa kepada Allah. Pada dewasa ini banyak cobaan-cobaan yang sedang diujikan kepada kita sekalian, dengan terjadinya gempa bumi, tanah longsor, merajalelanya penyakit AIDS dan merebaknya Virus HIV di segala penjuru dunia,korban meninggal karena meledaknya kompor gas. . Belakangan ini musibah masih tetap saja melanda bangsa kita seperti belum berakhirnya penderitaan saudara kita yang kena lumpur Lapindo dan belakangan gempa di Sumatera yang mengakibatkan para penduduknya kehilangan tempat tinggal dan mata pencahariannya. Kami khawatir apakah kejadian yang menimpa bangsa kita tercinta ini sebagaimana yang diprediksikan oleh Rasulullah SAW. benar-benar akan datang, yaitu sebab-sebab datangnya musibah yang akan menimpa kepada Umat Islam. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW. Apabila umat manusia (khususnya umat Islam) telah berani menjalankan lima macam perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, maka akan datang bencana alam yang menimpa mereka. Allah akan menurunkan suatu 'bala'', berupa penyakit merah (orang daerah menyebutnya sebagai serangan penyakit 'BRAHMA'), dalam dunia kedokteran dikenal sebagai penyakit URAT SYARAF TEKANAN DARAH TINGGI yang mengakibatkan badan manusia menjadi lumpuh sebelah, atau saling bermusuhan atau saling memfitnah. Adapun "Lima macam perbuatan tersebut adalah: (1) durhaka kepada kedua orang tua, (2) merajalelanya perbuatan zina, (3) merebaknya minum-minuman keras (narkoba), (4) kekuasaan di berbagai bidang di tangan wanita, (5) banyak suami yang tunduk dan patuh kepada isterinya". Oleh sebab itu untuk menyelamatkan keluarga dan lingkungan, negara dan bangsa kita, maka hindarkanlah perbuatan atau perilaku yang lima macam ini dengan sejauh-jauhnya. Antisipasinya adalah dengan "SABAR" dan "OPTIMIS". Allah memperingatkan untuk sabar dalam menghadapi musibah, jangan patah hati dan jangan lemah semangat. Supaya tetap optimis, dan punya harapan serta tetap mencari hikmah-hikmah yangtersembunyi dibalik kesemuanya itu dengan tetap MAWAS DIRI, INTROSPEKSI, INSYAF. Ada suatu dialog yang menarik antara Rasulullah dengan para sahabat berkaitan dengan Mawas Diri. Pada suatu hari beberapa sahabat datang mengunjungi Rasulullah. Mereka mengharapkan tuntunan hidup dari beliau agar usaha perjuangan mereka lebih sukses, panjang umur, murah rezeki, serta terhindar dari bencana. Diantara para sahabat ada yang bertanya: Apa yang harus kami lakukan ya Rasulullah agar kami bahagia, masyarakatpun bahagia ?. Beliau menjawab : Hendaklah kamu mawas diri/insyaf. Mawas diri, sadar diri atau apapun istilahnya adalah salah satu pangkal kebahagiaan, baik pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa. Karena dari keinsyafan dasar akan tercuat keinsyafan-keinsyafan yang lebih rinci, misalnyua seorang remaja akan menyadari keremajaannya, seorang tua sadar akan ketuaannya, seorang wanita sadar bahwa ia bukan pria, dan seorang pria sadar bahwa ia bukan wanita, serta elit politik sadar bahwa dia dijadikan suri tauladan yang akan ditiru oleh lapisan masyarakat, maka harus bisa menahan diri untuk tidak berpolemik. Bila kita menghayati dan berfikir tentang kebesaran Allah SWT, maka kita baru sadar bahwa manusia hanyalah merupakan segelintir makhluk Allah yang berada dunia ini. Sebagai rasa syukur kita kepada Allah hendaknya direalisasikan dengan beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan khusyu'. Memang manusia itu tabiatnya suka keluh kesah, bila mendapat musibah (bahaya) dia mengeluh, namun bila mendapatkan suatu kenikmatan dia lupa (kikir), kecuali orang-orang yang ibadah shalatnya istiqamah (kontinyu). Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Ma'arij ayat 19-23: "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya". Dalam kehidupan di dunia , manusia akan bertemu dengan berbagai musibah. Kesusahan itu bisa merupakan peringatan /teguran, cobaan, semacam latihan untuk menguatkan keimanan. Kesusahan itu beraneka ragam bentuknya. Allah SWT menjelaskannya dalam S. Al Baqarah ayat 155-157: "Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan 'Inna lillahi wa Inna ilaihi raji'un' Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya pula kita akan kembali. Mereka itulah orang-orang yang mendapat karunia, kehormatan dan rahmat dari Tuhan, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". Pada ayat di atas, Allah menerangkan 5 (lima) macam musibah (kesusahan), yaitu: 1). Takut, 2). Kelaparan, 3). Kekurangan harta, 4). Kehilangan anak, 5). Kekurangan buah-buahan. 1. Rasa takut: Takut ini adalah satu perasaan yang merupakan emosi, timbul karena bermacam-macam sebab, tetapi pada pokoknya karena merasa dirinya dalam keadaan bahaya, terancam kehilangan milik, hak kekuasaan. Seorang Psycholog yang bernama Edward A Streker, menyatakan bahwa bahaya yang ditakuti itu diantaranya bahaya terhadap keselamatan anak, keamanan, kemerdekaan, harta benda, kesehatan dan kehormatan diri. 2. Kelaparan: Kelaparan terjadi sebagai akibat kemiskinan atau karena kekurangan makanan (rawan pangan). Sehingga hanya gara-gara uang "gopek" dapat mengakibatkan pertumpahan darah. Orang tidak segan-segan lagi mengancam, melukai, bahkan membunuh korbannya untuk meminta barang yang dibawa. 3. Kekurangan Harta: Adakalanya karena kerugian dalam perniagaan, kehilangan pekerjaan (PHK) yang menjadi sumber hidup, kecurian. Apalagi pada saat ini dengan krisis moneter di satu sisi juga menimbulkan krisis akhlak, yang pada gilirannya menimbulkan krisis malu. 4. Kehilangan Anak (Jiwa) : Dengan kematian, atau kehilangan anak sebab meninggal dunia. 5. Kekurangan Buah-Buahan : Hasil tanaman yang berkurang, sawah yang dirusak hama padi, buah-buahan yang tidak dapat dipanen karena hama, sawah dilanda banjir. Walaupun pada hakekatnya orang yang mendapatkan musibah itu adakalanya disebabkan karena 3 (tiga) alternatif: 1. Karena perbuatannya; 2. Karena kelalaiannya, dan 3. Karena cobaan dari Allah SWT. Seseorang mendapat musibah karena perbuatan dosanya. Maka seseorang harus koreksi dirinya sendiri, karena musibah yang dialami merupakan teguran / peringatan baginya. Maka untuk mengantisipasinya adalah dengan cara menghentikan perbuatan tersebut atau taubat. Yakni meninggalkan larangan Allah dan kembali kepada perintah-perintah-Nya. Mengapa taubat harus disegerakan ?. Karena manusia sulit melepaskan diri dari dosa dan salah. Sebagaimana sabda Rasululllah SAW: "Setiap manusia pasti punya dosa dan salah. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera taubat". Adapun sempurnanya "taubat" adalah:. 1. Menyesal terhadap dosa yang dilakukan. 2. Bertekad bulat tidak akan mengulangi. 3. Meninggalkan perbuatan jahat itu. 4. Menunaikan semua fardlu dan kewajiban. 5. Minta maaf kepada orang yang kita salahi (didzalimi). 6. Melatih diri untuk taat kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya segala sesuatu penyakit itu tentu ada obatnya, dan obat segala macam dosa adalah "istighfar". Bila kita mau bertaubat dan membaca istighfar, maka Allah akan memberi jalan (solusi) dari segala problema dan cobaan hidup, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa membiasakan istighfar, maka Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar (solusi) dari segala kesulitan, dan memberikan kegembiraan dari segala kesusahan yang dihadapinya, dan Allah akan memberinya rizki yang tanpa diduga-duga sebelumnya". Adapun macam yang kedua adalah orang yang mendapat musibah karena kurang hati-hati (lalai) dalam melaksanakan tugas. Maka antisipasinya kita harus selalu waspada dan harus senantiasa hati-hati dan tidak boleh tergesa-gesa dalam segala kehidupan sehari-hari. Sedangkan macam yang ketiga adalah sedang dalam cobaan dari Allah SWT., apakah dia mampu atau tidak mendapat cobaan dari Allah. Bila dia mampu berarti imannya kuat, dan sebaliknya bila dia tidak mampu maka berarti imannya tipis. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Surat Al Ankabut ayat 2 dan 3: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia Mengetahui orang-orang yang dusta". Kita memeluk Agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang benar dan diridloi Allah SWT. Hal tersebut telah ditegaskan dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 19 : "Sesunguhnya agama (yang benar) di sisi Allah ialah Islam". Setiap Muslim harus komitmen terhadap kebenaran Islam dan terikat untuk meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Kita berkeyakinan bahwa Islam itu adalah satu-satunya agama yang benar, disebabkan antara lain kitab Suci Al Quran al Karim adalah tetap murni sejak diturunkan sampai sekarang dan sampai Kiamat nanti. Hal itu karena jaminan dari Allah SWT., sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al Hijr ayat 9 : "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". INDIKATOR KEBENARAN ISLAM Al Quran al karim yang terdiri dari 114 Surat, 6.236 ayat, 74.437 kata, dan 325.345 huruf adalah firman allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai mukjizat, dan membacanya dipandang sebagai ibadah. Sejak diturunkan hingga sekarang tetap murni dan dihafal oleh umat Islam di segala penjuru dunia ini. Kami belum pernah mendengar pemeluk suatu agama tertentu yang hafal kitab sucinya di luar kepala dan yang terjamin kemurniannya. Oleh sebab itu tidak benar kalau ada yang mengatakan bahwa Al Quran adalah buatan Nabi Muhammad SAW., sebagaimana tuduhan orang-orang Orientalist, karena Nabi Muhammad SAW adalah Ummi (tidak bisa baca tulis). Disamping itu juga banyak contoh-contoh yang menunjukkan bahwa Al Quran bukan buatan Nabi Muhammad, karena Al Quran diturunkan secara bertahap (sedikit demi sedikit) selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, masih tetap utuh dan murni dan dihafal oleh pemeluknya. CONTOH AL QURAN BUKAN BUATAN NABI MUHAMMAD. I. SEIMBANG : BILANGAN KATA DG ANTONIMNYA. 1. khoir x syahru sebanyak 167 x. 2. hayat x maut sebanyak 145 x. 3. akhiro x dun-ya sebanyak 125 x. 4. syaithon x malaikat sebanyak 88 x. 5. nifa' x mudhorat sebanyak 50 x. 6. iman x kafir sebanyak 17 x. 7. bardi x haar sebanyak 4 x. 8. shuyuf x syita' sebanyak 1 x. IV KESEIMBANGAN KHUSUS. 1. Kata yaumi MUFRAD sebanyak 365 X = dalam satu tahun terdapat 365 hari. 2. Kata yaumaani atau ayyam Jama' / Tasniyah sebanyak 30 X = dalam satu bulan rata-rata terdapat 30 hari. 3. Kata syahru assyahru sebanyak 12 X = dalam satu tahun ada 12 bulan. 4. Langit ada 7 disebutkan (diulangi) sebanyak 7 X. Apakah mungkin Rasulullah SAW yang UMMY merancang sedemikian rupa padahal al-Quran diturunkan secara bertahap selama 22 Tahun, 2 Bulan, 22 hari. Adapun unsur yang kelima terkait dengan kehidupan yang bahagia (hayatan tayyibah) adalah surga yaitu suatu kenikmatan yang tiada tara, karena kenikmatan surga (akhirat) berbeda dengan kenikmatan dunia yang ada rasa bosannya. Bila iman kita telah mendalam dan takwa telah berurat dalam jiwa kita, maka Idul Fitri ini akan lebih banyak menanamkan rasa kemanusiaan dan kasih sayang, dalam bentuk : persamaan, keterbukaan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Dengan melakukan puasa kita sadar bahwa selain kita masih ada orang lain yang nasibnya tidak seperti kita, hingga mereka perlu kita tolong. Zakat kita bayar, fitrah kita berikan dan fakir miskin kita santuni. Semakin tinggi kedudukan dan fungsi seseorang, maka sikap keterbukaan yang dilahirkan oleh Idul Fitri semakin diperlukan. Sikap keterbukaan ini sebagai cerminan dari kejujuran yang dimiliki, rela melihat kesalahan diri sendiri dan berusaha untuk menghilangkannya. Sedangkan dari sisi lain bersedia menerima kritik, saran, fikiran dan menghargai pendapat orang lain. Menerima maaf seseorang dan mengakui kesalahan diri sendiri adalah diantara sekian dari dasar keterbukaan dan persamaan yang akan membawa kemudahan bagi kita untuk menata lalu lintas kehidupan dalam ukhuwah yang kuat, sehingga terbina kerukunan yang baik. Segala perselisihan dan pertengkaran serta permusuhan bisa dihindari karena kita berada di atas jalur yang sama, tujuan yang sama, kendatipun dari asal perjalanan yang berbeda. Kita sebagai penduduk Indonesia yang sedang menghadapi berbagai problem hidup dan keprihatinan yang mendalam, maka satu-satunya jalan dan cara yang harus ditempuh adalah :. 1. Mawas diri dan tidak mudah menyalahkan orang lain dan tetap menjalin persatuan dan kesatuan. 2. Memperbanyak berdzikir. 3. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dalam berbagai kesempatan. 4. Meningkatkan takwa kita kepada Allah. 5. Senantiasa mohon perlindungan kepada Allah dari berbagai cobaan yang sedang menimpa kepada bangsa dan negara kita tercinta. Disamping itu, kita selalu mengadakan koreksi diri dan mencari penyebab dari cobaan dan tidak terkabulnya doa kita. Menurut Ibrahin bin Adham ada 10 hal penyebab doa tidak dikabulkan Allah: 1. Engkau beriman kepada Allah namun tidak mau memberikan hak-Nya. 2. Engkau membaca Al Quran tetapi tidak mau mengamalkan. 3. Engkau mengajak mencintai Rasul tetapi kamu meninggalkan Sunnahnya. 4. Engkau mengajak menyelamatkan dari neraka namun kamu masuk ke dalamnya. 5. Engkau mengajak masuk surga tetapi kamu tidak mau mempersiapkannya. 6. Engkau mengajak memusuhi syaitan tetapi kamu taat dan patuh kepada syaitan. 7. Engkau berkata bahwa mati itu hak tetapi kamu tidak mempersiapkannya. 8. Engkau makan kenikmatan yang Allah berikan kepadamu tetapi kamu sendiri tidak mau bersyukur kepada Allah. 9. Engkau sering ikut menguburkan jenazah tetapi kamu tidak mau menjadikan suatu peringatan. 10.Engkau sibuk dengan mencari kesalahan (aib) orang lain tetapi kamu sendiri tidak mau melihat kesalahan (aib) sendiri. Kehadiran Idul Fitri selalu dihidupkan dengan jiwa dan sikap keterbukaan tadi melalui silaturahmi. Bersilaturrahmi pada Idul Fitri ini adalah datang bertatap muka dengan wajah yang cerah dan jernih, bersalaman dengan I’tikad saling memaafkan jika terdapat kesalahan, karena Idul fitri terletak pada fitrah jiwa manusianya, dan tidak terletak pada saling memberi makanan. Sebab ada tetangga yang begitu baik mengirimkan makanan, tetapi manusianya tidak pernah kelihatan, tidak saling mengenal, padahal mereka sudah bertahun-tahun hidup bertetangga. Dalam suasana Idul fitri pada hari ini setelah kita melaksanakan Puasa Ramadlan, Shalat Tarawih, Tadarrus Al Quran, memperbanyak shadaqoh dan mengeluarkan zakat fitrah, maka ada 4 aset pembinaan rohani atau jiwa dan sosial kemasyarakatan, yaitu :. 1. Senantiasa melakukan taqarrub dengan Allah SWT. untuk membangun kesadaran yang imanual dan intelektual atau berdzikir dan berfikir. 2. Membentuk kekuatan jiwa dan kemauan dengan mengendalikan diri dari kebutuhan primer. 3. Meningkatkan kesehatan jasmani dengan jalan mengistirahatkan pekerjaan pencernakan makanan + 13 jam. 4. Menumbuhkan rasa sosial, solidaritas sosial, dan ukhuwah sesama hamba. Semoga, ada keseimbangan antara fikir dan dzikir kita dan segala amal perbuatan, puasa dan shalat kita diterima oleh Allah Yang Maha Kuasa. Allahuma Amin Ya Rabbal 'Alamin. Demikianlah indikator bahwa al Quran adalah bukan buatan Nabi Muhammad SAW dan merupakan mukjizat, yang tidak mungkin seorang ahli sasterapun untuk dapat menandinginya dan sekaligus menjawab tuduhan orang Orientalis yang ingin menjatuhkan Islam. (*). ----------- *) Penulis adalah Direktur Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Guru Besar Fakultas Syariah (Ilmu Tafsir) IAIN Sunan Ampel Surabaya. *) Materi merupakan khutbah Idul Fitri 1434 H/2013 M yang disampaikan saat menjadi khatib Shalat Idul Fitri 1434 H/2013 M di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS) pada 8 Agustus 2013. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013