Pacitan (Antara Jatim) - Fenomena gelombang pasang yang terjadi di pesisir selatan Jawa selama sepekan terakhir, telah menyebabkan sejumlah kerusakan serta memicu abrasi pantai di Kabupaten Pacitan dan Trenggalek.
Koresponden Antara di wilayah Pacitan dan Trenggalek, Senin melaporkan, gerusan ombak telah menyebabkan menurunnya permukaan Pantai Teleng Ria di Kabupaten Pacitan maupun Pantai Pasir Putih dan Prigi di Kabupaten Trenggalek, hingga kedalaman sekitar satu meter.
Sebagian besar pasir yang berada di dekat pantai hilang. Dampaknya, terjadi perbedaan tinggi permukaan tanah.
Di Pantai Teleng Ria, abrasi terlihat memanjang mulai arah barat sekitar tanggul pemecah ombak (break water) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan ke arah timur hampir sepanjang 300 meter.
Pengikisan lapisan pasir itu pula menciptakan jurang kecil berkedalaman sekitar satu meter.
Tidak hanya itu, kuatnya terjangan ombak akibat gelombang pasang juga menyebabkan sejumlah infrastruktur/fasilitas umum rusak.
Di pantai ini, sebuah bangunan menara pengawas penjaga pantai bahkan nyaris ambruk akibat fondasi bangunan yang ambrol tergerus air.
"Gelombang pasang semacam ini setiap tahun terjadi. Tapi kali ini diluar prediksi," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, Didit Maryanto.
Untuk mencegah kerusakan lebih besar, personel BPBD memasang belasan karung pasir yang difungsikan sebagai tanggul.
Pemandangan tak kalah parah terlihat di Kabupaten Trenggalek. Selain abrasi pantai, kuatnya gelombang pasang disertai curah hujan tinggi menyebabkan tanggul sementara yang dibuat untuk pembangunan jembatan jalur lintas selatan (JLS) di Pantai Cengkrong, beberapa kali jebol.
Dampaknya, proyek puluhan miliar tersebut tersendat karena area di sekitar kaki-kaki jembatan yang seharusnya kering terisi air laut yang terus meluap.
Didit menjelaskan, munculnya gelombang pasang tinggi sebagai efek bulan purnama.
Namun, dia mengakui gelombang kali ini lebih besar dibanding saat yang sama sebelumnya.
"Kami juga telah berkordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan untuk ikut menghimbau warga agar waspada," kata Didit.
Menurutnya, selain berdampak pada lingkungan pesisir, gelombang pasang tinggi juga mempengaruhi aktivitas para nelayan.
Sebagian besar di antaranya bahkan memutuskan untuk sementara waktu tidak melaut.
Tidak hanya nelayan tradisional dengan kapal-kapal kecil, nelayan andon (pendatang) yang dilengkapi kapal besar berbobot diatas 20 gross ton (GT) memilih lego jangkar.
Sesuai prakiraan BPBD gelombang pasang tinggi masih akan berlangsung dan berakhir sekitar 2 Juli.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013