Oleh Budi Setiawanto Jakarta (Antara) - Menko Polhukam Djoko Suyanto menyatakan pemerintah telah mengantisipasi dan maksimal membantu proses amnesti TKI di Arab Saudi. "Tidak benar bila ada yang mengatakan pemerintah tidak siap," kata Menko Polhukam dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, soal insiden pembakaran di depan Kantor Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Jeddah oleh WNI/TKI "overstayers" (pelanggar batas izin tinggal) yang antre mengurus dokumen. Insiden itu menyebabkan satu orang petugas KJRI terluka dan seorang TKI bernama Marwah binti Hasan (59 tahun) asal Bangkalan, Jawa Timur, meninggal pada Minggu (9/6) karena kelelahan dan dehidrasi. Djoko menegaskan bahwa insiden hari itu terjadi karena ada provokasi pihak-pihak tertentu yang menyebarkan isu bahwa hari itu hari terakhir pengurusan amnesti, sehingga jumlah orang yang mengajukan permohonan menjadi berlipat-lipat. "Perharinya KJRI mampu mengurus 5.000-6.000 surat perjalanan laksana paspor, tetapi pada hari itu berlipat-lipat menjadi belasan ribu," ungkapnya. Menlu Marty Natalegawa pada kesempatan itu menambahkan bahwa KJRI telah menambah jumlah loket layanan dari enam loket menjadi 24 loket. Selain itu menambah jumlah petugas dari Kemlu, Kemnakertrans, Kemkumham, BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) bahkan relawan. "Hari ini akan berangkat lagi 23 orang untuk membantu proses itu," ucap Marty. Sebelumnya pada 7 Juni lalu, sejumlah pejabat pemerintah juga sudah ke Arab Saudi untuk membantu pelayanan pemutihan dokumen untuk amnesti TKI di negeri itu. Pemerintah Arab Saudi memberlakukan amnesti untuk seluruh tenaga kerja asing, termasuk TKI yang melanggar batas izin tinggal (overstayers) pada 11 Mei - 3 Juli 2013. Menko Polhukam menyarankan kepada WNI/TKI "overstayers" tetap tenang dan tidak terpengaruh isu-isu dalam amnesti tersebut, karena masih cukup waktu.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013