Malang (Antara Jatim) - Presiden Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) Prof Din Syamsudin mengemukakan Indonesia adalah negara yang unik dalam kehidupan beragama, karena mampu hidup berdampingan, meski di lingkungan masyarakat dan agama yang manjemuk. "Dasar negara Pancasila sangat tepat dijadikan dasar untuk masyarakat yang sangat majemuk, termasuk kehidupan beragamanya yang juga majemuk," tegas Din Syamsudin ketika membuka pertemuan ACRP di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat malam. Selain dasar negara Pancasila, lanjut Ketua Umum DPP Muhammdiyah itu, prinsip Bhinneka Tunggal Ika juga memiliki makna sangat mendasar, sehingga kehidupan antaragama, antarsuku dan antarbangsa yang berbeda bisa saling berinteraksi. Menurut Din, prinsip tersebut sesuai dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya melihat perbedaan itu sebagai dasar untuk saling bersilaturahim. Namun, kata Din, arus globalisasi yang tak bisa dibendung membawa dampak kebebasan. Kelompok-kelompok baru bermunculan dan cenderung bersifat eksklusif, akibatnya masalah baru juga bermunculan. Senada dengan Din, Sekretaris Jenderal ACRP Dr Sunggon Kim. Menurut tokoh agama asal Korea Selatan ini, manusia memerlukan agama untuk mengisi spiritualitasnya, sebab tanpa agama, manusia tak ada bedanya dengan hewan. "Agama adalah nyawa masyarakat. Tugas kita adalah bagaimana menjaga agama ini tetap menjadi spirit untuk hidup berdampingan,” ujar Kim. Sementara itu Gubernur Jatim Dr Soekarwo menilai pertemuan para tokoh lintas agama se-Asia (ACRP) tersebut sangat strategis, sebab selain karena pentingnya dialog antaragama, juga menjadi momentum untuk melihat secara langsung bagaimana Jatim menampilkan masyarakat yang majemuk, namun harmonis dan tetap hidup berdampingan secara baik. "Jawa Timur bisa menjadi model yang baik bagaimana pengelolaan hidup antarumat beragama, dimana dialog dilakukan secara intensif, baik antar pemeluk agama maupun dengan pemerintah," katanya, menambahkan. Pertemuan tokoh lintas agama se-Asia itu akan berlangsung selama tiga hari dan diikuti oleh 61 tokoh dari 17 negara di ASia dan Australia. Pertemuan ACRP tersebut merupakan rapat tahunan untuk membahas laporan dari masing-masing negara, isu-isu kontemporer terkait dialog lintas agama serta menentukan tuan rumah general assembly tahun depan. Para tokoh lintas agama yang hadir itu adalah anggota World Conference of Religions for Peace (WCRP) desk Asia dari Cina, Korea Utara, Korea Selatan, Thailand, Jepang, Malaysia, Singapura, Banglades, India, Kamboja, Nepal, Pakistan, Filipina, Timor Leste, Iran, Australia, dan Indonesia.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013