Surabaya (Antara Jatim) - Anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Suhartono Wijaya, meninggal dunia karena penyakit kanker tenggorokan yang dideritanya pada 1 Juni 2013, pukul 21.20 WIB, di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta.
Anggota Komisi III DPR RI tersebut dimakamkan di Al-Azhar Memorial Garden, Karawang, Jawa Barat, Minggu (2/6) siang. Almarhum meninggal pada usia 63 tahun dan meninggalkan satu istri dan empat anak.
"Kami atas nama keluarga, mohon maaf sebesar-besarnya jika selama hidup beliau ada salah dan khilaf kepada siapapun," ujar seorang anaknya, Renville Antonio, ketika dikonfirmasi melalui ponselnya, Minggu siang.
Suhartono Wijaya merupakan anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jatim 1 (Surabaya, Sidoarjo). Namanya tercatat sebagai politisi senayan sejak Pemilu Legislatif 2009. Sebelumnya, selama lima tahun namanya tercatat sebagai salah seorang Wakil Ketua DPRD Jatim periode 2004-2009.
Renville mengatakan, sejak dirawat di rumah sakit sejak dua minggu terakhir, keluarga sudah pasrah dan siap menghadapi segala kemungkinan terburuk. Sebelum dirawat, almarhum menyempatkan diri bersilaturahim dan berkeliling menemui keluarganya. Bahkan, saat dirawat, Suhartono sering minta dibelikan makanan khas daerah Palembang dan Surabaya.
"Kebetulan bapak lahir di Palembang dan sempat lama tinggal dan berkarir di Surabaya. Kami tidak tahu, apakah ini tanda-tanda atau beliau memang ingat selama masih di daerah," kata pria yang juga anggota DPRD Jatim dua periode tersebut.
Tidak hanya itu saja, sebelum menjalani perawatan, almarhum juga dinilai semakin dekat dengan Allah SWT. Hampir setiap malam, Suhartono menyempatkan Shalat Tahajjud sering mengingatkan tentang Agama Islam ketika berdiskusi.
"Bapak juga sering mengingatkan waktu shalat dan tidak pernah marah akhir-akhir ini. Sosok bapak semakin religius beberapa waktu belakangan," kata pengurus harian DPD Partai Demokrat Jatim tersebut.
Menurut Renville, selama hidup bapaknya selalu mengajarkan ketegasan dan berkomitmen. Ia mengaku belajar banyak dari almarhum, terutama pembelajaran politik.
Ia berjanji akan selalu ingat pesan almarhum sebelum meninggal dunia, yakni menjaga sang ibu, Hj. Rusni Ayda Saleh. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013