Oleh Desi Purnamawati Jakarta, (Antara) - Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri menyatakan bahwa lebih dari 4,6 juta lanjut usia (lansia) dari 18 juta lebih lansia yang terdata di Indonesia rawan terlantar, sementara terdata 2,8 juta lansia terlantar. "Banyak faktor menjadikan usia lanjut terlantar, mulai dari faktor ekonomi, gaya hidup maupun faktor budaya," kata Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri di Jakarta, Selasa. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, angka harapan hidup meningkat di atas lima tahun. Jadi, usia harapan hidup tertinggi orang Indonesia 68 tahun, menjadi 70 lebih. Secara biologis, makin meningkatnya usia berdampak pada berkurangnya kapasitas gerak dan intelegensia. "Kemensos berkomitmen bekerja maksimal untuk meningkatkan kepedulian terhadap lanjut usia terlantar. Sebab, tempat paling mulia bagi lanjut usia adalah di dalam keluarga," tambah Mensos. Saat ini, permasalahan kesejahteraan sosial beragam dan membutuhkan strategi dan tangan terampil mengatasinya. Cara klasik dan sektoral harus dikoreksi dengan cara integral dan holistik. Bagi para lansia, Kemensos memberikan Program Asuransi Lanjut Usia (Aslut) bagi 26.500 lanjut usia di 33 provinsi. Juga bantuan bagi LKS, penyelengggara layanan lanjut usia sebanyak 12.500 LKS, untuk program "daycare" maupun "homecare". Termasuk meningkatkan kompetensi tenaga pekerja sosial di dalam maupun di luar luar negeri. Selain itu dalam rangka peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) pada 29 Mei 2013, Kemensos juga membedah rumah lansia tidak layak huni. "Kemensos mendata dan melakukan verifikasi rumah-rumah lansia tidak layak huni secara spesifik kamarnya, karena memang perlu rancangan khusus disesuaikan sudut pandang psikologis," jelas Mensos. Bedah rumah lansia dimulai dengan membedah 20 rumah di kecamatan Kecamatan Citeureup dari 100 rumah yang direncanakan akan dibedah dengan bantuan masing-masing rumah Rp10 juta rupiah. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013