Jombang (Antara Jatim) - Sejumlah pelajar di SMPN I Jombang, Jawa Timur, membuat alat pengolah limbah plastik yang bisa diubah menjadi bahan bakar minyak seperti minyak tanah dan bensin. Nizar Helmi, salah seorang pelajar yang tergabung dalam tim itu, mengatakan alat itu dibuat dengan tujuan untuk mengurangi limbah plastik. Selama ini, plastik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa terurai, sehingga harus dicari jalur alternatif untuk dimanfaatkan menjadi produk lain. "Kami awalnya mengadakan 'studi banding' ke SMK III Madiun dan akhirnya kami buat alat," katanya, Jumat. Untuk proses membuat alat itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Dari berbagai penelitian yang dilakukan, ia dengan timnya akhirnya berhasil membuat alat untuk pengolah limbah plastik. Untuk pembuatan alat itu masih dibantu oleh guru dari SMKN III Madiun tersebut. Alat itu diberi nama "triPOD" (teknologi rakyat indonesia, plastic oil destilator). Alat itu menggunakan bahan yang mudah didapat dan yang paling utama aman. Terdapat sebuah tabung (menggunakan tabung elpiji ukuran 3 kilogram) yang berfungsi sebagai tabung reaktor, beberapa tabung kondensor untuk pengolahan limbah, selang tembaga yang berfungsi mengalirkan hasil olahan dari limbah plastik itu, serta elpiji ukuran 3 kilogram untuk bahan bakarnya. Untuk cara kerja, pihaknya mengatakan, awalnya dipilih plastik untuk diolah. Limbah yang digunakan adalah yang berjenis "PE" (poly ethylene), "PET" (poly ethylene terephthalate), dan "PP" (polypropylene). Untuk awalnya, plastik itu dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam tabung reaktor dan diberi tambahan setengah gelas air biasa ke dalam tabung. Selanjutnya, tabung itu ditutup dengan besi yang dilapisi dengan kardus basah dan harus di cek agar tidak bocor. Setelahnya, dililitkan sebuah kain basah pada ujung pipa tembaga yang terdapat pada mulut botol untuk menampung hasil pengolahan itu, guna mencegah terjadinya penguapan. Lalu "triPOD" itu dinyalakan dengan suhu 500-700 derajat selsius sampai sekitar 90 menit. Pada saat dipanaskan, plastik mencair dan menguap ke tabung kondensor pertama. Uap yang berat akan mengembun dan menjadi cair kembali karena adanya pendinginan pada tabung kondensor. Cairan itu akan turun melalui pipa tembaga dan masuk ke dalam botol penampung minyak. Cairan itu merupakan bahan bakar minyak (BBM) yang setara dengan minyak tanah atau kerosin, sementara uap yang ringan akan naik lagi ke tabung kodensor yang kedua. Di tabung itu, akan terjadi pendinginan dan uap akan mengembun lalu turun melalui pipa tembaga yang ada di pada tabung kondensor kedua. Cairan itu yang merupakan BBM setara dengan bensin. Dari 500 gram limbah plastik yang diolah itu, Nizar menyebut bisa menghasilkan minyak tanah sampai 335 mililiter dan bensin sampai 150 mililiter. BBM itu juga bisa dipakai seperti untuk penerangan. Haikal Ramadhan, pelajar lain yang juga masuk dalam tim itu mengatakan sebenarnya ia dengan rekan-rekan lainnya pernah mengikuti lomba teknologi tepat guna (TTG) belum lama ini, tapi masih gagal untuk lolos. "Kami masih belum lolos," kata Haikal, pelajar kelas delapan itu. Namun, ia dengan rekan-rekan lainnya mengaku senang bisa membuat alat untuk pengolah limbah plastik. Ia dengan rekan-rekan lainnya akan berusaha lebih baik lagi, sehingga bisa menciptakan alat yang ramah lingkungan lainnya. Sementara itu, Ratna Dewanti, salah seorang guru pembimbing mengatakan kegiatan anak-anak ini merupakan salah satu program dari sekolah. Tim itu dibentuk berawal dari upaya sekolah untuk mengurangi limbah plastik. Ada sekitar empat anak yang ikut tim itu. "Mereka termasuk pelajar yang masuk dalam kelompok ilmiah remaja. Kami ingin ciptakan teknologi tepat guna, dan berhasil membuat alat itu," kata guru yang mengajar IPA ini. Ia mengatakan, selama ini alat itu masih untuk mengolah limbah di sekolah saja. BBM hasil olahan juga untuk keperluan sekolah. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013