Surabaya (Antara Jatim) - "Legal Affairs Director" Microsoft Indonesia, Reza Topobroto, menyatakan infeksi "malware" meningkat enam kali dibandingkan studi sebelumnya karena minimnya kesadaran masyarakat menggunakan "software" asli. "Sesuai hasil studi forensik pada ancaman 'malware' dengan memeriksa 282 'Personal Computer/PC' merek ternama yang di-install dengan 'software' bajakan beserta DVD 'software' palsu asal Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam ditemukan 59 persen terinfeksi 'malware''," katanya, di Surabaya, Kamis. Ia mengemukakan, hasil temuan Tim Microsoft Security Forensics mengungkap bahwa di dalam salinan Windows tertanam "malware" yang tersebar di banyak merek "PC" terkemuka termasuk Acer, Asus, Dell, HP, Lenovo, dan Samsung. "Kami yakin 'software' palsu maupun 'malware' bukan berasal atau ter-install dari pabrikan 'PC' itu. Ada kemungkinan komputer itu dijual dengan sistem operasi non-'Windows' dan diganti oleh individu yang berada pada rantai penjualan atau toko yang menduplikasi ilegal serta menyalurkan 'software' bajakan," ujarnya. Menurut dia, sampai sekarang banyak orang beranggapan bahwa membeli PC merek ternama menjamin keamanan dan kenyamanan dalam pengalaman berkomputasi. Mereka tidak berpikir dua kali tentang "software" yang dijual dengan komputer apakah asli atau bukan. "Untuk itu, pelanggan harus hati-hati saat mereka berpikir ada tawaran yang menarik dari sisi lain maka pengeluaran tersembunyi dari 'software' bajakan adalah signifikan," katanya. Namun, tambah dia, jika pelanggan tidak dapat membuktikan komputer yang mereka beli dikirim dengan pre-install, lisensi Windows resmi maka risiko terkena virus dan "spyware" serta potensi korupsi data, pencurian, hingga kerugian keuangan meningkat signifikan. "Tingkat infeksi 'software' bajakan bervariasi di seluruh Asia Tenggara," katanya. Ia mencontohkan, dari Filipina mempunyai tingkat infeksi "malware" terendah tetapi dua hingga lima komputer dan DVD teruji kena infeksi. Sementara, di Indonesia sebanyak 59,09 persen dari sampel "Hard Disc Drive/HDD" terinfeksi oleh "malware" sedangkan 100 persen dari sampel DVD terinfeksi "malware". "Dari pengujian kami menunjukkan bahwa 5.601 kasus dan 1.131 unik strain terinfeksi 'malware' serta virus ada di setiap sampel yang diambil di Asia Tenggara termasuk 'Zeus Trojan' yang sangat berbahaya," katanya. "Zeus", kata dia, merupakan trojan pencuri kata kunci yang dikenal dengan memakai "keyloggong" dan mekanisme lain untuk memonitor aktivitas online pengguna. Lalu, "keyloggers" merekam tiap "keystroke" pengguna dengan tujuan mencuri informasi personal. "Salah satunya, 'account username' dan kata kunci. Pelaku kriminal tersebut memakai cara itu untuk mencuri identitas korban, menarik uang dari akun bank mereka, melakukan pembelian secara online menggunakan informasi personal korban, dan mengakses akun pribadi lainnya," katanya. Pada kesempatan sama, Sub Direktorat Industri Perdagangan Direktorat II Tipideksus Badan Reserse dan Kriminal Markas Besar Kepolisian RI, AKBP Rusharyanto, menyarankan, agar konsumen melindungi diri dari "malware" dan pembajakan dengan membeli perangkat lunak resmi. "Kalau mereka memakai PC dengan 'software' palsu seperti pindah ke lingkungan tidak aman dan meninggalkan pintu terbuka. Pengguna 'software' palsu tidak mempunyai jaminan bahwa data sensitif, kegiatan, dan komunikasi mereka aman dari kejahatan dunia maya," katanya. Ia melanjutkan, hasil dari studinya menunjukkan bahaya akan "software" palsu adalah nyata di Indonesia sehingga produsen "PC" perlu melakukan peran mereka dalam mengendalikan "malware". Untuk membantu pengusaha "PC", Kepolisian siap menemui pembuat "PC" guna melihat bagaimana tantangan tersebut dibalik. "Kami juga akan mengintensifkan razia penegakan pada pengecer dan dealer yang membodohi konsumen dengan menjual 'PC' yang dilengkapi 'software' bajakan," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013