Oleh Desi Purnamawati Jakarta - Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Abetnego Tarigan mengatakan, konflik agraria semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir. "Dari laporan tahunan Konsorsium Pembaruan Agraria 2012, menyebutkan, pada 2010 terdapat 106 konflik, naik menjadi 163 pada 2011 dan 2012 tercatat 198 kasus," kata Abetnego di Jakarta, Kamis. Lebih lanjut dia menjelaskan, luasan areal konflik mencapai lebih dari 963.411,2 hektare dan melibatkan 141.915 kepala keluarga. Bersamaan dengan konflik agraria yang terjadi, kriminalisasi dan kekerasan juga dialami para petani. Pada 2012 sebanyak 156 petani ditahan tanpa proses hukum yang benar, 55 orang mengalami luka-luka dan penganiayaan, 25 petani tertembak, dan tiga orang tewas. Salah satu contoh konflik agraria adalah di Sumatera Selatan yaitu di lahan perkebunan tebu dan pabrik gula Cinta Manis milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII di Kabupaten Ogan Ilir. Lahan perkebunan tebu dan pabrik gula tersebut yang luasnya sekitar 20 ribu hektare lebih yang dikuasai PTPN sejak 1982 sekarang ini sedang bersengketa dengan masyarakat dan petani yang tersebar di puluhan desa kabupaten tersebut. Abetnego mengatakan, persoalan utama munculnya konflik agraria karena investasi lebih dikedepankan dan mengabaikan perlindungan kepada masyarakat. Menurut Abetnego, konflik agraria tersebut tidak bisa diselesaikan dengan institusi yang ada, termasuk tim penanganan konflik yang akan dibentuk sekalipun. Namun harus ada komisi khusus. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013