Surabaya - Kota Surabaya dan Busan, Korea Selatan mendalami kerja sama antarkota atau "Sister City" dalam bidang industri mode atau "fashion". Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Rabu, mengatakan, dunia fashion merupakan salah satu industri yang mampu bertahan di tengah gempuran krisis ekonomi. Karena itulah ia menyabut baik kerja sama di bidang pengembangan mode. "Saya optimistis ini bisa menggairahkan industri fashion dan pariwisata di Surabaya," kata wali kota dihadapan 14 delegasi Busan di Balai Kota Surabaya. Menurut dia, kedua pihak sepakat fokus dalam sektor tersebut melalui perjanjian yang menghubungkan Han Fashion Consortium of Dongeui University dengan Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia-Jawa Timur. Dalam kesempatan itu dilakukan penandatanganan MoU oleh Profesor of Fashion Department at Dongeui University, Moon Gwang-Hi dan Denny Djoewardi selaku Ketua Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia-Jawa Timur di Balai Kota. Risma mengakui, Korea sudah menjadi kiblat fashion di Asia, bahkan dunia. Namun demikian, ia bertekad akan memadukan batik dengan busana korea sehingga nantinya batik diharapkan dapat diterima di hati warga Busan. "Para perancang Surabaya bisa saling tukar pikiran, nanti bisa membuat batik ala Korea, mudah-mudahan banyak yang suka," ujarnya. Niatan wali kota tersebut diamini oleh Profesor of Fashion Department at Dongeui University, Moon Gwang-Hi. Menurutnya, batik desain ala Korea banyak diminati oleh wisatawan asal Korea Selatan. Gwang-Hi juga mendukung gerakan globalisasi batik yang kini tengah gencar dilakukan. "Masyarakat dunia sangat menghargai ciri khas yang dimiliki batik. Karena itulah kami ingin kerjasama lebih lanjut," katanya. Gwang-Hi menambahkan, yang terpenting dalam pengembangan mode adalah bagaimana membuat pakaian secara kreatif. Saat ini, pihaknya tengah mengembangkan pakaian dengan konsep "energy saving", dimana dalam proses pembuatannya mengandalkan kecanggihan teknologi. "Hasilnya, busana terasa sejuk dan nyaman ketika dipakai meski berada di wilayah tropis," katanya. Inovasi tersebut sejalan dengan program Pemkot Surabaya yang dalam waktu dekat akan mengirim 20 guru dan 20 murid untuk belajar di Busan selama satu bulan. "Busan kota yang maju, mereka layak belajar di sana. Apalagi kita kan juga ada SMK jurusan tata busana, nanti para siswa bisa belajar mode lebih baik lagi. Selain itu murid jurusan teknologi informasi dan otomotif juga pas kalau menimba ilmu di Busan," ujar Risma. Terkait hubungan Surabaya-Busan, Kabag Kerjasama Pemkot Surabaya Ifron Hady menjelaskan, kedua kota telah menjalin kerjasama sejak 1994. Awalnya, hanya menyentuh bidang pendidikan dan budaya saja, tetapi belakangan ini sudah mulai mengarah ke sektor ekonomi dan industri kreatif. Ifron menyebut, kerjasama bidang fashion ini tergolong baru dan belum pernah ada sebelumnya. "Ini hanya dengan Busan saja, sebelumnya tidak ada yang fokus di bidang tekstil dan mode," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013