Surabaya - Atap gedung di lantai tiga RSUD dr. Soewandhie Kota Surabaya
yang baru diserahterimakan pada 2011 mulai terlihat ambrol.
"Pada saat kami sidak, kami mengetahui atap gedung di lantai tiga ambrol. Kami menyayangkan karena ini bangunan baru," kata Ketua Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya Sachiroel Alim, Kamis, pada saat melakukan sidak di rumah sakit setempat.
Menurut dia, mestinya kualitas bangunan yang anggarannya sekitar Rp11 miliar masih bagus karena baru berjalan dua tahun ini. "Makanya kelaikan bangunan ini dipertanyakan. Tentunya ini harus dipertanggungjawabkan oleh kontraktor lama," katanya.
Alim mengatakan pihak terkait jangan lepas tangan dan ada kesan setelah diserahterimakan bangunan cepat rusak tapi dibiarkan dan tidak ada penanganan lanjutan.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya akan melakukan pemanggilan terhadap Dinas Cipta Karya, pihak RSUD Soewandhie dan kontraktor. "Ini pekerjaan kontraktor lama, kalau kontraktor baru dari Adhi Karya pekerjaannya di lantai empat," katanya.
Selain itu, Alim juga mempersoalkan pemasangan alat kesehatan (alkes) berupa Cath Lab atau sarana deteksi pembuluh darah (kateterisasi jantung) yang belum dioperasionalkan di RSUD dr.Soewandhie yang dinilai menyalahi aturan.
"Kalau kondisi prepair, namun kabel UPS (Unit Power Sistem/backup power listrik) belum terpasang bisa dikatakan menyalahi aturan. Tahun anggaran selesai semestinya harus terpasang semua, tapi ini baru dikerjakan," katanya.
Menurut dia, UPS sebagai penunjang alat pemasangan kateralisasi jantung hendaknya diprioritaskan penyelesainya sebagai upaya antisipasi bila ssewaktu-waktu listrik yang dipasok Perusahaan Listrik Negara (PLN) bermasalah.
Untuk itu, Pemkot Surabaya berhak memberikan pinalti atau sanksi denda kepada kontraktor dalam hal ini General Electrik. "Ini harus ada pinalti karena pekerjaan tertunda. Pemkot harus mengontrol ini," katanya.
Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUD dr Soewandhie, Rince Pangalila membantah bila alat pemasangan kateralisasi jantung dan UPS belum bisa dioperasikan.
Menurutnya, berdasarkan simulasi yang pernah dilakukan, dua alat tersebut sudah bisa digunakan. "Menurut saya semua alat tersebut sudah layak bayar, karena sudah bisa digunakan," ujar Rince.
Menurut Rince, tidak dinyalakanya UPS sudah sesuai kebijakan yang ditetapkan direksi. Karena, selain menggunakan pasokan listrik dari PLN, pihak rumah sakit juga sudah melakukan antisipasi berupa genset yang kapanpun siap digunakan.
"UPS ini tinggal masang kabel saja, karena ketika simulasi dilakukan menggunakan kabel lain. Saya pastikan semua alat yang ada di sini sudah siap pakai," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013