Bojonegoro - Omzet penjualan produksi pandai besi di Desa Kedaton, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, Jawa Timur, tetap stabil, meski jumlah perajin pandai besi di desa setempat bertambah.
"Omzet penjualan produksi perajin pandai di sini tidak ada perubahan, tetap laku dengan konsumen pasar lokal, juga Tuban dan Lamongan," kata seorang perajin pandai besi di desa setempat Moch. Safii (47), Sabtu.
Ia menjelaskan jumlah perajin pandai besi di desa setempat saat ini ada sekitar 30 orang atau cenderung bertambah dibandingkan dengan jumlah perajin pandai besi di tahun-tahun sebelumnya.
"Tenaga kerja yang dulu hanya bekerja sebagai buruh kemudian mendirikan pandai besi di rumahnya masing-masing, sebab rata-rata tenaga kerjanya dari lokal desa ini tidak yang dari luar," jelas dia.
Perajin pandai besi di desa setempat, produksinya bervariasi bergantung pesanan pedagang, sehingga hanya ada yang memproduksi peralatan pertanian, seperti sabit, cangkul, juga parang, tapi ada juga yang hanya memproduksi parang.
Menurut perajin lainnya, Maliki, produksi perajin pandai besi di desa setempat, tidak terpengaruh dengan produksi berbagai peralatan pertanian juga pertukangan produksi pabrik yang dijual di toko-toko.
Justru, konsumen seperti tukang batu, lebih senang memesan langsung alat "cetok" kepada perajin pandai besi setempat.
"Saya hanya memproduksi sabit, rata-rata bisa memproduksi sekitar 30 sabit/hari, dengan tiga tenaga kerja termasuk saya," ungkap Maliki.
Hal senada disampaikan Moch. Safii, yang mengaku bisa memproduksi parang sekitar 30 hari/hari, dengan tiga tenaga kerja termasuk dirinya.
"Kami kurang tahu harga produksi pandai besi di sini lebih mahal atau lebih murah dibandingkan dengan produksi serupa di toko," ucap Moch. Safii.
Namun, lanjut Maliki, para pedagang yang mengambil produksi perajin pandai besi di desa setempat, menjual dengan harga lebih tinggi dibandingkan dengan harga pembelian di tempat perajin.
Ia mencontohkan sabit di tempat pandai besi Rp13.500/sabit, sedangkan di pasaran umum harganya bisa meningkat menjadi Rp20 ribu/sabit.
Sementara itu, harga parang di pasaran umum Rp25 ribu, cangkul Rp60 ribu, pisau berkisar Rp5 ribu-Rp10 ribu, dan alat tukang "cetok" Rp15 ribu.
"Perajin pandai besi di sini tidak ada yang menjual sendiri produksinya," ujar perajin pandai besi lainnya, Mutarom. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012