Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meninjau langsung lokasi terdampak banjir bandang di Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Rabu (3/12/2025), dan meminta proses pencarian korban dipercepat.

Dalam kunjungannya, Bahlil juga berdialog dengan warga dan menekankan pentingnya keberlanjutan pendidikan anak-anak korban bencana.

‎"Tolong dipikirkan sekolah anak-anak, jangan sampai berhenti terlalu lama. Kasihan mereka. Berikan perlengkapan sekolah dan segera perbaiki sekolah yang rusak," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Sementara, saat meninjau masjid tua yang tetap berdiri kokoh meski diterjang banjir, Bahlil menyampaikan rasa takjubnya.

‎"Masya Allah, ini kuasa Allah. Masjid ini bangunan tua tahun 80-an, secara pondasi memang kuat," katanya lagi.

Ia juga berkomitmen membantu agar aktivitas ibadah dan pengajian dapat segera kembali berjalan.

Berdasarkan data sementara di daerah itu, sebanyak 1.511 jiwa mengungsi, 165 orang meninggal dunia, dan lebih dari 100 orang lainnya masih dalam pencarian.

‎"Itu harus diupayakan dievakuasi. Harus dicari," tegas Bahlil.

Hingga kini, proses penanganan bencana banjir bandang di Palembayan masih terus berlangsung.

Pemerintah pusat dan daerah bersama tim SAR terus melakukan pencarian korban, evakuasi, serta pemulihan wilayah terdampak.

Banjir bandang yang terjadi  tersebut meninggalkan kerusakan parah di permukiman warga. Sisa lumpur, kayu, pasir, hingga bebatuan masih menutup kawasan hunian.

Surau yang biasa digunakan anak-anak untuk mengaji pun ikut terkikis dan kini hanya tersisa hamparan lumpur.

‎"Saya trauma. Tingginya sepohon kelapa," ucap seorang siswa kelas 6 SD yang menjadi saksi dahsyatnya terjangan banjir.

Sejumlah teman seusianya hingga kini masih dalam proses pencarian dan diduga terbawa arus banjir.

Warga setempat menyebut banjir datang secara tiba-tiba. Rika (42), pemilik warung kelontong, mengatakan dua gelombang air menerjang dalam waktu kurang dari lima menit.

‎"Hempasan gelombang banjir datang dua kali, enggak sampai lima menit,” katanya.

Ia menyelamatkan diri bersama anaknya dengan berlari ke dataran tinggi, sementara rumah-rumah di sekitar warungnya rusak berat.

Hujan dengan intensitas tinggi diketahui mengguyur wilayah tersebut hampir selama sepekan sebelum bencana terjadi.

Air banjir disebut berwarna hitam, disertai suara gemuruh dari hulu sejak beberapa hari sebelumnya.

Derasnya luapan air menghantam tiga kampung sekaligus dan memperlebar alur sungai dari sekitar 25 meter menjadi hampir 250 meter.

Salah satu warga yang selamat, Ahmad (23), mengisahkan detik-detik dirinya terjebak banjir di dalam rumah.

Air masuk dengan cepat hingga membuat kondisi menjadi gelap gulita.

Setelah air mulai surut, ia memutuskan keluar rumah dan mendapati keluarganya terpisah.

Ia sempat menolong seorang bayi yang kemudian meninggal dunia.

‎Hingga dua hari kemudian, Ahmad baru bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, sementara adik perempuannya masih belum ditemukan.

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2025