Mekkah, (Antara) - Jamaah haji Indonesia diminta untuk mengantisipasi potensi cuaca ektrem saat menjalani prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina atau Armina dengan cara mengurangi pergerakan dan tetap berada di tenda terutama pada siang hari.
"Jamaah diharapkan di Arafah tetap tinggal di tenda masing-masing. Jamaah tidak melaksanakan kegiatan di siang hari," kata Kepala Bidang Perlindungan Jamaah yang juga Kepala Satuan Operasional Armina, Kolonel Jaetul Muchlis, Sabtu.
Cuaca di Mekkah tercatat terus meningkat dalam 19 hari sejak pemberangkatan pertama jamaah ke Arab Saudi. Dua pekan menjelang puncak ibadah haji di Armina suhu udara di Mekkah tercatat pada kisaran 42-43 derajad celcius.
Oleh karena itu, tambah dia, petugas, akan disiagakan melekat dengan jamaah di setiap Maktab --pemondokan-- untuk mengantisipasi bahaya kebakaran.
Saat di Muzdalifah, lanjut Jaetul, pihak Muassasah --pihak yang ditunjuk pemerintah Arab Saudi untuk menangani haji-- akan menyiapkan karpet dan oksigen di sekitar toilet.
Untuk mengurangi pergerakan jamaah juga, maka batu kerikil di Muzdalifah akan dikonsentrasikan mengelilingi toilet.
Sementara itu untuk mempercepat proses pergerakan jamaah dari pemondokan ke Arafah Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat meminta Muassasah untuk menyiapkan "city bus" yang berdaya tampung lebih besar.
Menurutnya, pihak Muassasah sudah menyiapkan sekitar 21 - 22 armada bus di setiap maktab untuk memberangkatkan jsmaah haji Indonesia dari pemondokan menuju Arafah. Jika kapasitas bus adalah 50 orang, maka diharapkan satu kali pemberangkatan akan dapat membawa 1.000 jemaah haji Indonesi di setiap maktab. Proses pemberangkatan, akan dilakukan sejak tanggal 8 Dzulhijjah 1437H atau 9 September 2016 pagi. Mengingat puncak haji, yaitu wukuf di Arafah diperkirakan akan jatuh pada 10 September 2016.
Muassasah, kata Arsyad, akan membuat rencana pemberangkatan, termasuk menentukan jadwal pemberangkatan.
Selesai melakukan wukuf di Arafah, jamaah haji Indonesia diberangkatkan menuju Muzdalifah untuk melakukan mabit (menginap) dan kemudian menuju Mina.
"Pemberangkatan jamaah dari Muzdalifah ke Mina rencananya dilakukan lebih awal, mulai pukul 22.00 atau 22.30, sehingga jamaah seluruhnya bisa didorong ke Mina sebelum pukul 07.00," kata Arsyad.
Hal ini penting, lanjutnya, agar tidak ada jamaah haji Indonesia yang masih berada di Muzdalifah pada 10 Dzulhijjah siang, di atas pukul 07.00 waktu Arab Saudi karena selain kondisi panas dan terbuka jamaah saat itu juga dalam keadaan lelah dan belum makan. (*)