Surabaya, (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mempunyai solusi jitu dalam mengantisipasi kenaikan harga menjelang Ramadhan, dan telah digunakan tujuh tahun terakhir untuk mengantisipasi gejolak harga yang selau terjadi.
Solusi tersebut adalah dengan menggelar "subsidi angkut", artinya memberikan bantuan ongkos untuk angkutan barang sembilan bahan pokok yang terbukti mampu menekan lonjakan harga menjelang Ramadhan dan Lebaran.
Sehingga, wilayah yang juga dikenal sebagai pusat ekonomi kawasan timur Indonesia tersebut tidak terlalu mengalami gejolak harga tahunan saat menjelang Ramadhan dan Lebaran, karena adanya subsidi angkut yang diambil dari APBD pemerintahan setempat.
"Selama program ini kita jalankan sejak tujuh tahun lalu, hasilnya mampu mengurangi beban psikologi dan mencegah semakin tingginya harga kebutuhan pokok," ucap Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur Ardi Prasetyawan kepada wartawan di Surabaya.
Ardi mengatakan pada tahun 2016, program tersebut akan kembali dilakukan, dan untuk mendukung hal itu Pemprov Jatim telah menyiapkan anggaran sebesar Rp7 miliar dengan beberapa pilihan bahan pokok yang akan mendapatkan subsidi angkut.
"Sementara ada empat bahan pokok utama yang terdiri dari beras, gula, tepung terigu dan minyak goreng. Namun tidak menutup kemungkinan akan ditambah produk lainnya yang rentan mengalami kenaikan saat Ramadhan dan Lebaran seperti telur," ucapnya.
Ardi mengakui anggaran subsidi angkut tahun 2016 meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata Pemprov menghabiskan dana Rp4,5 miliar, tujuannya untuk kesiapan tambahan produk yang rentan mengalami kenaikan.
Ardi mengatakan pada tahun 2016 program subsidi angkut itu rencananya digelar lima hari sebelum Ramadhan selama sebulan penuh, atau hingga harga normal.
"Gubernur Jatim Soekarwo telah memerintahkan dan meminta untuk menindaklanjuti program subsidi angkut ini. Tidak itu saja, masyarakat juga kami minta tidak perlu panik dengan memborong produk kebutuhan pokok karena justru merugikan masyarakat sendiri," katanya.
Ardi memastikan dengan program ini kebutuhan pokok selama Ramadhan dan Lebaran akan aman seperti tahun-tahun sebelumnya, sehingga masyarakat tidak perlu membeli yang berlebihan, cukup beli sesuai kebutuhan.
"Dari sisi produsen, kami juga mengingatkan agar tidak melakukan penimbunan barang dan menaikkan harga di luar kewajaran, sebab kami akan melakukan pengawasan pada seluruh produsen dan gudang-gudang, dan jangan sampai produsen menimbun," ucapnya.
Skema Subsidi Angkut
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Soekarwo menjelaskan skema pemberian subsidi angkut akan diberikan kepada produsen atau distributor produk kebutuhan pokok, sehingga harga barang di tingkatan pasar atau konsumen dapat stabil.
"Kebijakan ini juga bermanfaat untuk menekan laju inflasi yang biasanya terjadi menjelang Ramadhan dan Lebaran, sebab momen itu biasanya dijadikan ajang ambil untung oleh kalangan spekulan dengan memainkan rentang distribusi dari produsen ke konsumen," katanya.
Soekarwo yang akrab dipanggil Pakde itu mengatakan, dengan adanya kebijakan subsidi angkut harga kebutuhan pokok bisa dikendalikan, sebab sebelum dilaksanakan program itu pemprov juga melakukan MOU dengan sejumlah produsen bahan pokok.
"Kerja sama kesepakatan ini tentunya dilandasi agar kedua pihak tidak dirugikan dan kepercayaan bisa timbul demi masyarakat luas," katanya.
Sementara itu, Pemprov Jatim melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Timur saat ini juga terus konsisten mengamati dan menganalisa harga di pasaran.
Supaya tidak meresahkan masyarakat dengan melakukan aksi borong dan menumpuk bahan-bahan pokok, karena stok bahan pokok aman hingga untuk dua bulan bahkan tiga bulan ke depan, sehingga tidak ada alasan bagi pedagang untuk menaikkan harga yang berlebihan.
Stabilnya harga kebutuhan pokok seperti beras terlihat di Kabupaten Jember. Untuk beras kualitas super, medium, maupun jenis IR-64 di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Jember masih stabil.
"Sejauh ini harga beras masih stabil karena sejumlah lahan pertanian di kawasan Jember bagian selatan masih panen," kata salah seorang pedagang Pasar Tanjung Jember Fauzan.
Fauzan menyebutkan, harga beras jenis Bengawan masih Rp9.800 per kilogram, beras jenis Mentik seharga Rp10.700 per kilogram, dan beras jenis IR-64 sebesar Rp9.300 per kilogram.
"Biasanya harga beras perlahan-lahan naik menjelang Ramadhan, namun tahun ini masih ada sebagian lahan pertanian yang masih panen, sehingga harga beras cenderung stabil," tuturnya.
Ia mengatakan stabilnya harga beras di pasaran karena pasokannya cukup ke sejumlah pasar tradisional dan stok di penggilingan juga cukup banyak, sehingga bahan pokok tersebut diprediksi terus stabil hingga awal Ramadhan nanti.
Hal yang sama juga terjadi di Bojonegoro, harga beras kualitas super di wilayah itu juga masih tetap stabil berkisar Rp9.000-Rp10.500 per kilogram, dan beras jatah warga miskin tetap Rp7.500 per kilogram.
Namun demikian, untuk sejumlah bahan pokok lainnya mengalami kenaikan seperti gula, beras, minyak curah, telur, bawang merah dan bawang putih.
Berdasarkan data di Pasar Banjarjo, Bojonegoro harga bawang merah naik menjadi Rp40.000 per kilogram, yang semula Rp30.000 per kilogram, harga minyak curah naik Rp11.000 per liter yang sebelumnya Rp10.000 per liter, dan harga beras kualitas premium Rp8.000 per kilogram, yang sebelumnya Rp7.800 per kilogram.
Meski mengalami kenaikan, menurut seorang pedagang beras di Pasar Banjarjo Kharis, kenaikan tersebut bukan dipengaruhi menjelang Ramadhan, namun faktor panen tanaman padi menjelang akhir panen lebih bagus.(*)